home

Indonesia Naik Kelas















29 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI, Armida Alisjahbana, mengungkapkan semenjak tahun 2009 Indonesia bukan lagi negara berkembang melainkan negara dengan pendapat menengah (lower-middle-class country). Akibat naiknya kelas ekonomi Indonesia ini, Armida mengaku akan berpengaruh pada bentuk pinjaman luar negeri yang diterima Indonesia.

"Ya itu berpengaruh misalnya pada ODA (Official Development Asisstant) dari JICA (Japan International Cooperation Agency), kita tidak dapat lagi yang bentuknya untuk negara miskin misalnya. Jadi sekarang hanya melunasi yang dulu-dulu saja," ujarnya, Rabu (29/9/2010), usai membuka "Jakarta Seminar on Indonesia" yang dilaksanakan JICA, di Hotel Borobudur, Jakarta.

ODA merupakan salah satu bentuk pinjaman yang dikeluarkan lembaga bantuan Jepang, JICA, yang ditujukan untuk pembangunan infrastruktur. Melalui JICA, Jepang berusaha berkontribusi kepada negara-negara di dunia yang memerlukan dana untuk menciptakan kedamaian dan percepatan pembangunan.

Terkait pinjaman ODA tersebut, Indonesia memang tidak bisa lagi mengajukan bantuan dana ODA karena GDP per kapita Indonesia di tahun 2009 sudah mencapai 2.200 dollar AS, yang termasuk dalam kategori lower middle income (976 dollar AS- 3.855 dollar AS).

Sementara ODA, hanya ditujukan untuk negara miskin atau low income. Oleh karena itu, lanjut Armida, pinjaman luar negeri yang ada sekarang tengah dikurangi jumlahnya karena dinilai lebih riskan. "Jadi kita mulai fokuskan ke domestik karena resikonya lebih kecil dibandingkan kita pinjam ke luar negeri," ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar Indonesia tidak cepat puas diri dengan pencapaian ini. Untuj ke depan, ungkap Armida, Indonesia harus terus menggerakkan perekonomiannya agar tidak selamanya terjebak di kelas menengah bawah (lower midlle class). "Kita sudah masuk middle income tapi jangan di lower terus, nanti secara berbagai aspek tidak akan berkembang lebih jauh, kita harus maju," ungkapnya.

Armida menjelaskan salah satu cara agar Indonesia tidak terjebak pada level ini adalah dengan menjalankan domestic connectivity yang mampu menggerakkan perekonomian di berbagai daerah dan menghilangkan disparitas. "Hingga kini kita masih fokus pada pengembangan infrastruktur dulu agar konsep ini bisa jalan," ujarnya.

6 Kunci Permudah Akses Finansial ala SBY

AFI Global Policy Forum.

27 September 2010.

JIMBARAN, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong munculnya kebijakan-kebijakan untuk mempermudah akses masyarakat miskin ke perbankan melalui The 2010 AFI Global Policy Forum yang digelar 27-28 September 2010.

Dalam sambutannya ketika membuka forum di Ayana Resort and Spa Jimbaran, Bali, Senin (27/9/2010) pagi, SBY menyampaikan enam kondisi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut, yaitu kepemimpinan, akuntabilitas dan koordinasi, keberagaman, inovasi, budaya, serta kerangka regulasi yang kuat.

Menurut SBY, kondisi pertama bergantung pada kepemimpinan. SBY mengatakan Indonesia memiliki pengalaman yang cukup produktif dalam hal keuangan mikro. Banyak institusi yang terlibat dan menyentuh langsung ke masyarakat kecil melalui kredit mikro.

SBY mengambil contoh BRI sebagai bank milik negara dengan program Simpedes dan Kupedes yang berjalan tanpa subsidi atau hibah dari pemerintah.

Pemerintah, lanjutnya, sejak tahun 2007 memperkenalkan skema inovatif dalam menyediakan jaminan pemerintah yang diimplementasikan melalui kredit usaha rakyat (KUR). "KUR adalah fasilitas kredit dari bank di mana 70 persennya dijamin oleh pemerintah. Pemerintah menjamin sekitar Rp 2 triliun untuk menggerakkan lebih dari Rp 20 triliun dalam kegiatan pembiayaan mikro. Dalam kasus Indonesia, meski tampaknya program pembiayaan ini menunjukkan besarnya resiko bagi pemerintah, ini cukup sukses dalam mengurangi angka kemiskinan," katanya.

Kondisi kedua adalah akuntabilitas dan koordinasi. SBY menekankan upaya mempermudah akses masyarakat kepada jasa keuangan ini bukanlah pekerjaan sendiri. "Suksesnya bergantung pada keberadaan lingkungan institusional dengan garis kerja dan koordinasi yang jelas antarpemerintah, antara pemerintah dan pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta," katanya.

Kondisi ketiga adalah keberagaman yang dapat menyediakan jangkauan permintaan yang lebih luas bagi jasa pembiayaan. Kebijakan di dalamnya, lanjut SBY, harus mampu mempromosikan kompetisi dan menyediakan insentif bagi pasar.

SBY juga menjelaskan bahwa UKM telah menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia sehingga aman ketika menghadapi krisis dengan penunjangnya, seperti Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

Kondisi keempat adalah inovasi. Menurut SBY, teknologi dan inovasi institusi sangat diperlukan untuk menjaga keberagaman permintaan untuk jasa keuangan. "Melalui inovasi, kita dapat menyesuaikan respons untuk bertemu mereka yang butuh yang memiliki pendapatan rendah, tidak teratur, dan tidak terukur," tambahnya.

Sementara itu, lanjut SBY, kondisi kelima terkait budaya. Menurut Presiden, tidak semua orang merasa cocok menggunakan layanan modern perbankan. Banyak masyarakat yang masih merasa lebih baik menyimpan uang di bawah bantal atau celengan. Oleh karena itu, diperlukan semacam kampanye pengetahuan keuangan untuk masyarakat.

Yang terakhir, lanjut SBY, keberhasilan upaya ini bergantung pada kerangka regulasi yang kuat. Kebijakan mempermudah akses masyarakat ke jasa keuangan ini akan bekerja dalam kebijakan yang kuat yang mengadopsi standar internasional, tapi tidak lupa memerhatikan kondisi nasional.

Di G-20, lanjut SBY, telah dibahas bahwa regulasi harus melindungi UKM. "Bagaimanapun juga, penting bagi regulasi dan standar untuk mengakomodasi kebutuhan UKM," tandasnya.

Tren Kemiskinan di Indonesia Terus Turun


















28 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com — Tren mengurangi angka kemiskinan Indonesia terus berlanjut. Sebanyak tiga provinsi di Indonesia tercatat mempunyai persentase peningkatan poin terbesar dalam mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Semuanya berada di Pulau Sulawesi.

"Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo menghasilkan angka terbaik untuk semua pengukuran pengentasan kemiskinan, baik di tingkat pedesaan, perkotaan, maupun gabungan," ungkap tim analisis makroekonomi kantor perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Selasa (28/9/2010) di Gedung The Energy, SCBD, Jakarta.

Di antara ketiga provinsi itu, Gorontalo sukses menurunkan taraf kemiskinan yang relatif besar pada daerah perkotaan dan pedesaan. Kalimantan dan Sumatera tidak mengalami kemajuan dalam mengentaskan rakyat dari kemiskinan dari tahun ke tahun. "Tapi keempat provinsi di sana mempunyai tingkat kemiskinan yang memang sudah rendah, di bawah 10 persen," sebut Bank Dunia.

Menurut ketua tim Enrique Blanco Armas, Survei Sensus Nasional 2010 menunjukkan adanya keberlanjutan peningkatan tren pengentasan rakyat dari kemiskinan di Indonesia. Hal itu terjadi sebagai akibat dari kuatnya prestasi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Angka absolut dari penduduk miskin pedesaan dan perkotaan masing-masing turun di bawah 11,5 juta dan 20 juta jiwa untuk pertama kali sejak tahun 2004. Hal ini berarti penurunan tahun ke tahun dalam tingkat kemiskinan pedesaan dan perkotaan adalah masing-masing 0,85 dan 0,80 poin persentase," kata Enrique.

Rahasia Sukses ala Richard Branson


28 September 2010.

OKEZONE.COM.JAKARTA
- Miliarder papan atas dunia asal Inggris Sir Richard Branson akhirnya datang ke Indonesia.Dia berbagi pengetahuan serta pengalaman meraih kesuksesan dalam berbisnis.

“Ikuti mimpi dan buatlah perbedaan,” ujar Branson tentang rahasia suksesnya di hadapan peserta kuliah umum bertajuk Transformation through Innovation–The Richard Branson Story di Jakarta, Senin (27/9/2010) malam.

Branson bukan tipe pengusaha yang mengikuti pakem-pakem atau teori yang tercantum dalam buku ekonomi.Dia berdiri dengan filosofi bisnisnya sendiri.Bagi para pelaku bisnis pemuja teori ekonomi, filosofi bisnis Branson mungkin terdengar aneh.

Nyatanya,usaha Branson terus berkembang dan meraih banyak kesuksesan. Branson kini memimpin Virgin Group, perusahaan yang memiliki lebih dari 300 anak usaha, termasuk Virgin Records,Virgin Megastores, dan Virgin Atlantic Airways.

Majalah Forbes pada tahun lalu menempatkan Branson sebagai orang terkaya ke-261 dunia. Nilai kekayaannya diperkirakan mencapai USD3,9 miliar (Rp35 triliun). Tadi malam, Branson bercerita tentang masa lalunya dan kiat-kiatnya berbisnis. “Saya berhenti sekolah pada usia 15 tahun,” ujarnya.

“Ibu saya tidak punya banyak uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Saya akhirnya keluar dari sekolah untuk bekerja,” kenangnya.

Branson adalah sosok menyenangkan. Dia kerap berkelakar dengan mimik lucu.Namun, di balik gaya santai dan apa adanya,dia punya semangat dan kegigihan luar biasa. Paling tidak, dia kerap melontarkan pesan sederhana, tapi berarti bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia bisnis.

“Jangan cuma duduk di belakang meja.Bergerak. Cari sesuatu yang membuat Anda tertarik,” cetusnya.

Sesuatu itu,menurut Branson, akan membuat manusia memiliki gairah.“Apa pun yang membuatmu tertarik,kejar dan raihlah itu,”katanya sambil mengepalkan tangan, tanda bahwa dia sungguh bersemangat.

Branson seperti tak pernah kehabisan energi.Dia berkeliling dari satu negara ke negara lain tanpa mengeluh. Rahasianya, seperti dituturkan Branson, adalah semangat untuk membuat perbedaan bagi hidup orang lain. “Kalau punya rasa itu,maka saya jamin,Anda tidak bakal mengeluh kelelahan,” papar lelaki berambut pirang ini.

Peserta kuliah umum Branson sangat antusias. Banyak peserta mengajukan pertanyaan. Branson pun tertawa senang. Dia mengaku tidak menyangka, orang muda Indonesia punya semangat yang melebihi gairahnya selama ini.Kepada peserta,Branson meminta supaya mereka terus bertransformasi.

“Jangan berhenti bertransformasi. Siapkan diri untuk terus, terus, dan terus bertransformasi,” pesan Branson yang seusai acara langsung terbang ke New York, Amerika Serikat.

Direktur BNI Darmadi Sutanto mengatakan,inovasi Branson sejalan dengan program transformasi bisnis yang saat ini tengah diupayakan perusahaan. Dia berharap pengalaman bisnis Richard Branson yang kerap di luar pakem dapat memberikan motivasi bagi kalangan muda, pengusaha, dan masyarakat Indonesia. Darmadi menuturkan, Branson yang brilian tapi terkesan radikal memiliki keberanian untuk keluar dari zona aman.

“Dia berani melakukan transformasi,tanggap akan perubahan lanskap bisnis serta memiliki daya saing luar biasa,”katanya.

Branson adalah salah satu pengusaha legendaris Inggris. Dia memiliki perusahaan penerbangan, label rekaman, perusahaan telepon genggam, sejumlah restoran mewah, serta Pulau Karibia. Semua usaha bisnis Branson berada di bawah satu naungan, yaitu Virgin Company. Selaku pemilik Virgin Company, Branson terus berupaya memperluas gurita bisnisnya.

Branson kerap meluncurkan usaha yang terdengar tidak masuk akal,tapi sungguh-sungguh terjadi. Bayangkan, dia menciptakan Necker Nymph,perpaduan antara pesawat dan kapal selam yang bisa menyelam hingga kedalaman 130 kaki. Ternyata kesanggupan Necker NymphbelummemuaskanBranson.

Rencananya,dia bakal memperbarui si pesawat bawah laut supaya mampu menyelam sampai 35.000 kaki. Necker Nymph mampu mengangkut seorang pilot dan dua penumpang dalam perjalanan bawah laut selama dua jam. Necker Nymph bukan satu-satunya “mainan” Branson.

September tahun lalu, dia memperkenalkan produk terbaru Virgin Galactic, Space Ship Two (SS2). Dua tahun mendatang, pesawat ini siap membawa penumpangnya ke luar angkasa. Pesawat luar angkasa sepanjang 18 meter ini mampu menampung satu pilot, dua kru, serta dilengkapi ruang istimewa untuk enam penumpang.SS2 memang belum diujicobakan.

Namun, hingga kini sudah tercatat 300 orang yang memesan tempat dalam penerbangan perdana SS2. Untuk menikmati sensasi melayang-layang dalam SS2, calon penumpang itu rela mengeluarkan USD200.000.

PKL Bukan Lagi Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kreatif Lapangan.


















28 September 2010.


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah mengklaim saat ini tengah membenahi keberadaan pedagang kaki lima (PKL). Caranya dengan memberikan kartu pengenal dan membuka peluang kerja sama dengan swasta.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu mengatakan, dalam rangka pembenahan itu, pemerintah juga mengganti nama pedagang kaki lima menjadi pedagang kreatif lapangan. Tujuannya, untuk memudahkan koordinasi antara pemerintah pusat, swasta, dan pemerintah daerah.

“Dalam nota kesepahaman tiga menteri (Menteri Perdagangan, Menteri Dalam Negeri, serta Menteri Urusan Koperasi dan UKM). Nanti PKL akan diberikan kartu anggota atau tanda pengenal dan ada lokasi sehingga memudahkan kementerian terkait mendata ketika memberikan bantuan,” ucap Mari di kantor Menko Perekonomian, Senin (27/9/2010).

Menurut Mari, dengan adanya penertiban pengelolaan PKL, wilayah perkotaan atau wilayah tempat berdagang PKL bisa semakin tertata dan bersih sehingga tidak merusak wajah kota. “Intinya adalah PKL di pinggir jalan diberdayakan, tetapi tidak digusur,” lanjutnya.

Terkait dengan hal itu, Mari melanjutkan, pemerintah mengimbau agar PKL tidak takut dengan program tersebut. Alasannya, dengan penertiban, cara berdagang bisa lebih rapi dan tertata serta memudahkan pemerintah memonitor perkembangan PKL.

Sementara itu, Ardiansyah Parman, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, mengatakan, penataan PKL akan memberikan keuntungan bagi PKL itu sendiri dan pihak swasta. “Perlu diingat, PKL itu termasuk sektor informal dan di Indonesia sektor tersebut sangat besar,” katanya.

Menurut Ardiansyah, pemerintah berharap pemerintah daerah juga tergugah memberikan fasilitas kepada PKL. Bisa saja dengan menyediakan ruang berdagang yang representatif. “Tadi sudah diimbau agar semua gubernur atau wali kota daerah bisa menyediakan fasilitas untuk itu,” katanya.

Untung Terbesar Sejagat di Saat Krisis

Sejumlah perusahaan berhasil mendongkrak laba, meski krisis ekonomi global tengah membelit.

27 September 2010.

VIVAnews - Sejumlah perusahaan berhasil mendongkrak laba mereka, meskipun sepanjang 2009 perekonomian dunia tengah melemah. Hal ini terjadi karena sejumlah perusahaan berhasil melakukan efisiensi besar-besaran.

Berikut ini llima dari 10 perusahaan dengan keuntungan terbesar versi Majalah Fortune yang dipublikasikan baru-baru ini:

1. Exxon Mobil
Keuntungan: US$19,3 miliar














Resesi telah membuat Exxon tidak lagi menjadi perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Exxon telah dikalahkan raja ritel Wal-Mart. Namun rekor keuntungan, masih dipegang raksasa minyak ini. Catatan Fortune, setidaknya pada 2009, Exxon menghabiskan US$27 miliar untuk membiayai proyek eksplorasi mereka.

2. Microsoft
Keuntungan: US$14,6 miliar









Meski krisis keuangan terjadi di sejumlah negara-negara besar, sejumlah perusahaan berbasis teknologi membukukan laba yang menggembirakan pada 2009. Tahun lalu Microsoft bisa meraup untung besar dari penjualan Windows 7.

Ini merupakan keberhasilan Microsoft membuktikan bahwa sistem operasi baru bisa menyokong hingga sepertiga pendapatan divisi OS. Sementara itu mesin pencari baru, Bing, memperoleh pangsa pasar setelah Google dan Yahoo.

Meski demikian, 2009 bukan perusahaan yang baik bagi Microsoft. Sebab, untuk pertama kalinya Microsoft mengalami penurunan laba hingga 17 persen.

3. Wal-Mart
Keuntungan: US$14,3 miliar
















Wal-Mart harus menurunkan harga mulai dari TV hingga sampo untuk merayu pelanggan yang anjlok akibat resesi. Namun, karena pemotongan harga, Wal-Mart justru berhasil meraup keuntungan.

Pada laporan tahunan perusahaan 2009, CEO Wal-Mart Michael Duke menulis, "Kami punya begitu banyak yang bisa dibanggakan di Wal-Mart ketika laporan keuangan tahun lalu datang."

4. Procter & Gamble (P&G)
Keuntungan: US$13,4 miliar
















Selama resesi di seluruh dunia, banyak pelanggan P&G beralih merek dengan yang lebih murah. Harga minyak yang melambung juga menambah beban perusahaan. Ongkos pengiriman melonjak tajam.

Namun P&G tetap bisa meraup untung. P&G membuat strategi ekstrem dengan menaikkan harga produknya, sebesar US$4 miliar. Pangsa pasar anjlok. Namun laba perusahaan mampu tumbuh 11 persen pada tahun fiskal yang dimulai Juli 2008.

5. International Business Machines (IMB)
Keuntungan: US$13,4 miliar



















Untuk belanja teknologi di salah satu tahun terburuk, Big Blue lebih cemerlang dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan fokus pada perangkat lunak dan layanan, seperti mengelola sistem lalu lintas di Eropa, IBM meningkatkan keuntungan hingga 9 persen pada 2009. Prestasi ini memberikan keyakinan bagi investor bahwa fokus CEO Sam Palmisano telah menguntungkan.

Penganggur Akademik Dua Juta Orang

27 September 2010.

SURABAYA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) mencatat, sedikitnya dua juta lulusan perguruan tinggi dengan aneka jenjang menjadi penganggur. Perlu perubahan paradigma pendidikan agar lulusan perguruan tinggi tidak hanya menjadi pencari kerja.

Secara sistem, pemerintah berusaha memperbaiki, antara lain, dengan peninjauan kurikulum.
-- Fasli Jalal

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, di Indonesia tercatat sedikitnya 14 juta sarjana. Dua juta di antaranya menjadi penganggur setelah lulus. ”Secara sistem, pemerintah berusaha memperbaiki, antara lain, dengan peninjauan kurikulum,” ujarnya di sela-sela wisuda perdana Universitas Ciputra Surabaya, Sabtu (25/9/2010).

Perbaikan itu, antara lain, mendorong lebih banyak pelajaran soal kewirausahaan. Pendidikan di Universitas Ciputra (UC) Surabaya menjadi bukti kewirausahaan bisa diajarkan kepada siapa saja.

Hampir seluruh dari 145 lulusan angkatan pertama UC Surabaya sudah bekerja sebelum lulus. Sebagian membuka lapangan pekerjaan sendiri.

”Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Ciputra berusaha mengembangkan pendidikan entrepreneurship ke perguruan tinggi lain,” ucapnya.

Kerja sama antara lain dengan menggelar pelatihan pendidikan kewirausahaan untuk 2.000 dosen dari sejumlah perguruan tinggi. Selain itu, juga dibuka inkubasi bisnis di 300 perguruan tinggi. Pemerintah menyediakan sejumlah insentif bagi perguruan tinggi yang mendorong pendidikan kewirausahaan.

”Tetapi, ada faktor lain yang tidak kalah penting untuk pengembangan entrepreneurship, yakni kemauan pribadi mahasiswa,” tuturnya.

Pendiri UC, Ciputra, mengatakan, pendidikan selama empat tahun di UC tak bertujuan mendapat ijazah saja. Proses pendidikan bertujuan menekankan kepribadian dan sikap seorang wirausaha.

Ijazah sebenarnya bukan kertas cantik yang didapat hari ini. Ijazah yang paling berharga adalah perubahan mindset, karakter, budaya, kecakapan, dan pemahaman entrepreneurship.

Jutawan dari Kerajinan Sampah Pantai

27 September 2010.

oleh AYU SULISTYOWATI














KOMPAS.COM. Banyak orang ke pantai di Pulau Dewata, ya, liburan menikmati ombak sampai menikmati terbenamnya matahari. Namun, bagi Made Sutamaya (43) tidak hanya itu. Pergi ke pantai adalah berlibur dan mencari sampah, lalu menyulapnya menjadi kerajinan tangan bernilai jutaan rupiah bagi dirinya.

Delapan tahun lalu, Sutamaya tak sengaja memandangi tumpukan sampah itu. Banyak sekali potongan kayu hingga ranting-ranting. Menumpuk bak gunung kecil. Tiba-tiba, ia pun berpikir bagaimana agar yang terbuang itu menjadi sesuatu yang bermanfaat serta menjual.

Bahan ada, gratis, serta ramah lingkungan pula! Itu katanya sambil memandangi sampah ranting saat itu. Namun, pria kelahiran Singaraja, Bali, ini belum tahu juga bahan yang ada ini akan diolah seperti apa.

Bermodal nekat, ia pun memungut sampah kayu-kayu itu sebanyak dua kantong plastik berukuran sedang, kemudian dibawa ke rumah yang sekaligus galerinya, Kioski. Dalam waktu sehari, ia pun menemukan ide. Bapak empat anak ini pun membongkar pasang ranting-ranting hasil penemuannya di pantai itu.

”Saya menjadikan ranting- ranting ini menghiasi pinggiran kaca rias berukuran 60 cm x 100 cm. Besoknya langsung laku terjual sekitar Rp 200.000. Pembelinya orang asing yang biasa membeli mebel di toko saya ini. Bahkan, ia meminta saya membuat lagi model yang sama dan model-model lainnya,” tutur Sutamaya bersemangat.

Ini peluang! Sutamaya pun semangat mencari ide-ide untuk model barunya. Setiap hari ia pun mulai bongkar pasang dan mendesain sendiri hiasan kaca rias, hiasan dinding, sampai meja. Harganya bervariasi, mulai dari ratusan ribu rupiah sampai jutaan rupiah. Wajar, semua menggunakan tenaga tangan manusia, alias kerajinan tangan murni.

Ranting-ranting itu sama sekali tidak ada sentuhan lain, kecuali paku kecil dan sedikit perekat. ”Semua ranting tidak ada yang sengaja saya patahkan, saya membiarkannya alami. Saya hanya membutuhkan semacam konstruksi di dalamnya sebagai dasar bentuknya,” katanya.

Tentu saja proses pembuatannya rumit dan membutuhkan kecermatan. Bagaimana membentuk dan merekatkan ranting itu satu dengan lainnya agar tidak lepas perlu kelihaian tersendiri. Kalaupun menggunakan paku, hampir tidak terlihat sama sekali. Kesan alami juga muncul ketika kerajinan hiasan dinding, seperti bentuk ikan, tidak diolesi cat pelapis kayu.

Ketekunannya pun membawa hasil. Kini omzetnya sudah lebih dari Rp 100 juta per bulan. Dia juga sudah mengekspor produknya ke beberapa negara di Eropa.

Setiap bulan ia mampu mengumpulkan sedikitnya satu truk setoran sampah pantai. Ia hanya menerima setoran ranting-ranting kayu. Selanjutnya, Sutamaya menyortir ranting-ranting itu dari yang kecil hingga besar atau kebetulan menemukan ranting berbentuk, lalu dicuci bersih dan dijemur. Setelah benar-benar kering, sampah ranting ini siap untuk dirakit.

Bagi Sutamaya, merakit hiasan dinding berbentuk ikan berukuran panjang sekitar 40 cm dan lebar 20 cm, ia hanya membutuhkan tidak lebih dari dua jam. Ia sudah semakin terbiasa. ”Ya, seni itu kan menggunakan rasa dan estetika. Jadi, perasaan itu terlibat banyak demi keindahan,” tuturnya.

Sekarang ini ia memiliki 80 pekerja yang khusus mencari dan memunguti sampah kayu di semua pantai Bali. Ia pun tidak sungkan mencari bahan sampai ke pantai-pantai di Pulau Jawa.

Pekerja yang membantunya menyusun kayu hingga berbentuk berjumlah sekitar 40 orang. ”Saya mempekerjakan warga desa di Singaraja. Biar mereka tidak silau bekerja di perkotaan saja. Soal hasil finalnya, tetap saya yang mengerjakannya,” katanya.

Kerajinan tangannya itu ada yang berbentuk ikan atau hiasan meja berbentuk kuda, bebek, atau hiasan untuk lampu meja. Ia pun membuat kerajinan tangan berbentuk sapi, kuda, atau jerapah berukuran sama dengan aslinya. Replika binatang dari ranting-ranting untuk dekorasi luar ruangan itu harganya mulai Rp 6 juta.

Ia mengaku tak masalah jika karyanya ini mulai banyak ditiru, tetapi konsumennya tetap bisa membedakan mana buatannya. Karena itu, menjadi tantangan bagi dirinya agar terus berkembang setiap hari dengan model dan gaya yang terus baru. Namun, ia menggelengkan kepalanya ketika pembicaraan menyinggung pengurusan hak kekayaan intelektual (HKI).

”Ah, sudahlah. Saya tidak perlu lagi mendaftarkan semua karya saya. Saya juga tidak bisa menuntut apa pun ketika karya orang lain mirip itu. Kemiripan itu bisa saja diartikan ada yang berbeda. Kita tidak bisa menuntut apa pun meski ide dasarnya sama. Jadi rugi, sudah membayar mahal karena semua karya harus didaftar,” ujar Sutamaya.

Jauh sebelum menjadi jutawan dan dianggap orang yang menemukan dan menjual ide dengan memanfaatkan sampah ranting kayu dari pantai, ia hanyalah karyawan sebuah galeri di Ubud. Perantauannya menjadi karyawan dari Singaraja ke Ubud yang berjarak sekitar 100 kilometer itu tak bertahan lama. Ia pun mencoba membuka galeri sendiri. Karena sewanya makin mahal, sekitar tahun 2000, Sutamaya pun pindah ke Badung.

Menurut dia, lokasi yang ditinggalinya sekarang ini sudah jadi miliknya dan lebih strategis. ”Buktinya, saya mendapatkan ide merakit ranting ini setelah berada di sini. Saya bersyukur sekali kepada Tuhan,” ujarnya.

Ia pun sudah masuk menjadi anggota Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo) Bali. Selain itu, Sutamaya yang selalu dibantu dan didukung oleh istri dan keluarganya itu juga bangga bisa membawa nama Bali di pameran Pekan Raya Jakarta (PRJ) mulai tahun 2004 setiap tahun hingga sekarang.

Hingga kini ia terus konsisten menjaga alam. Ia terus memanfaatkan sampah yang setiap hari mengotori pantai. Ia juga berharap apa yang dilakukannya ini dapat dicontoh anak-anaknya.

Daftar Kota Paling Mahal di Dunia

Biaya hidup di kota-kota ini paling mahal di dunia. Dimana sajakah itu?

25 September 2010.

VIVAnews - Warga yang hidu di negara paling makmur di dunia rata-rata memang memiliki pendapatan sangat tinggi. Namun, pendapatan itu rupanya sebanding pula dengan biaya hidup yang mereka tanggung.

Hasil studi UBS Bank Swiss yang baru-baru ini dirilis memaparkan peringkat kota termahal di dunia umumnya berada di negara-negara makmur di dunia. Ini didasarkan pada survei 73 kota besar di dunia.

Metodenya, UBS membandingkan harga barang dan jasa dengan melakukan survei di 73 kota di dunia pada Maret 2010. Biaya hidup didasarkan survei atas 154 item, termasuk 122 jenis barang dan jasa yang dihitung dalam satu keranjang basket. Hasilnya kemudian dikonversi dalam satu mata uang dolar AS.

Bobot perhitungan untuk jenis barang dan jasa berbeda-beda. Perinciannya, untuk beragam jasa diberi bobot 22 persen, perumahan 20 persen, transportasi 15 persen, pangan 14 persen, pengobatan 7 persen, barang elektronik 7 persen, penerangan 6 persen, pakaian 5 persen dan rokok 4 persen.

Hasil survei itu menunjukkan Oslo, Zurich dan Jenewa merupakan kota-kota besar di dunia dengan biaya hidup paling mahal untuk barang dan jasa. Sedangkan, biaya hidup paling murah adalah di Mumbai, Manila dan Bucharest.

Berikut ini lima kota besar paling mahal di dunia.

1. Oslo, Norwegia




















Untuk kedua kalinya, UBS Bank menempatkan Oslo, ibukota Norwegia sebagai kota termahal nomor satu di dunia. Norwegia merupakan salah satu negara terkaya di dunia, gaji rata-rata warga Oslo juga nomor empat tertinggi di dunia, namun biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa, seperti transportasi lebih mahal ketimbang di belahan bumi lainnya.

2. Zurich, Swiss


















Zurich menempati posisi kedua untuk ukuran biaya hidup termahal di dunia. Pendapatan dan gaji rata-rata yang diperoleh warga Zurich adalah terbesar di dunia. Sebut saja misalnya gaji guru sekolah dasar sebesar US$84 ribu atau Rp750 juta per tahun atau tertinggi di dunia untuk ukuran seorang guru. Karena itu, wajar pula jika biaya hidup di kota ini sangat tinggi.

3. Jenewa, Swiss



















Jenewa menempati posisi ketiga biaya hidup termahal di dunia. Ini juga bisa terjadi karena gaji rata-rata yang diperoleh warga Jenewa merupakan tertinggi ketiga di dunia. Dengan bayaran sebanyak itu, warga Jenewa juga bisa berbuat lebih banyak.

4. Tokyo, Jepang



















Tokyo merupakan salah satu negara Asia dengan biaya hidup termahal di dunia. Tahun ini berada di ranking keempat. Biaya untuk perumahan saja merupakan nomor empat termahal sejagat walaupun gaji rata-rata yang diperoleh karyawan di sini masih lebih rendah dibandingkan dengan kota-kota lain. Meskipun begitu, Tokyo menempati posisi nomor 17 dari sisi gaji tertinggi di dunia.

5. Kopenhagen, Denmark



















Kopenhagen merupakan negara dengan biaya hidup termahal kelima di dunia. Warga di kota Denmark ini sebenarnya mendapatkan gaji rata-rata tertinggi pada tahun lalu, namun pada 2010 ini turun ke level kedua. Seiring dengan turunnya peringkat gaji rata-rata, biaya hidup di Kopenhagen juga ikutan turun. Pada tahun lalu, biaya hidup Kopenhagen berada di posisi ketiga, sekarang turun ke peringkat kelima.

Tarif Listrik Tidak Jadi Naik

24 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com — Tahun depan, pemerintah tidak jadi menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Kamis (23/9/2010) malam, melalui rapat maraton yang digelar sejak pagi hari, Komisi VII DPR yang membidangi masalah energi serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sepakat tidak menaikkan tarif listrik.

Kesepakatan itu tercapai setelah Komisi VII DPR dan Kementerian ESDM menyetujui penundaan pembayaran utang subsidi listrik tahun 2009 kepada PLN. Penundaan pembayaran utang itu akan dialihkan untuk menutup kekurangan subsidi listrik tahun 2011 sebesar Rp 4,6 triliun. "Jadi, TDL tidak naik tahun depan," kata Ketua Komisi VII Teuku Riefky Harsa, Kamis (23/9/2010) malam.

Sebelumnya, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh mengatakan, setelah PLN sanggup menekan biaya produksi listrik hingga Rp 8,1 triliun, pemerintah berencana menaikkan TDL rata-rata 5,4 persen mulai Januari 2011, turun dari usulan RAPBN 2011 yang sebesar 15 persen. Alasan kengototan pemerintah menaikkan TDL itu lantaran masih ada kekurangan subsidi listrik Rp 4,6 triliun dari total Rp 52,7 triliun.

Pemerintah bisa tidak menaikkan tarif dasar listrik asalkan pembayaran utang subsidi tahun 2009 ditunda dan subsidi ditambah. DPR dan pemerintah rupanya memilih opsi ini sehingga TDL batal naik.

Chairul:Tak Ada yang Tahu Seberapa Kaya RI

Dengan memiliki neraca keuangan, daya saing Indonesia diharapkan menjadi lebih baik.

23 September 2010.

VIVAnews - Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung, heran karena pemerintah hingga saat ini tidak memiliki neraca keuangan yang bisa menunjukkan kekayaan yang dimiliki Indonesia.

"Tidak ada orang yang tahu berapa kekayaan negara Indonesia," kata Chairul Tanjung di Jakarta, Kamis 23 September 2010.

Menurut Chairul, sejak menjabat sebagai ketua KEN, dirinya baru mengetahui bila Indonesia hingga saat ini belum memiliki neraca keuangan. Padahal, neraca itu berisi arus dana negara, harta, dan kewajiban yang bersifat keuangan, sumber daya alam, tanah, dan bangunan.

"Indonesia baru punya neraca yang berisi penerimaan dan pengeluaran saja," katanya.

KEN menilai, pemerintah seharusnya memiliki neraca keuangan karena akan memberikan sejumlah keuntungan. Indonesia ke depan akan mudah melakukan pengelolaan keuangan negara secara transparan. "Kalau ditemukan lapangan minyak baru (misalnya), berarti harus masuk aset," ujar dia.

Dia menjelaskan, dengan memiliki neraca keuangan, daya saing Indonesia akan lebih baik. Bahkan, pemerintah bisa memiliki kemampuan meminjam yang lebih besar.

"Indonesia punya kekayaan, tapi tidak tercatat, sehingga kemampuan pendanaan menjadi sangat kecil," kata dia.

Enam Kabupaten Super Kaya di Indonesia

Kota Bontang membukukan PDB per kapita tertinggi. Siapa lagi yang lain?

23 September 2010.

VIVAnews - Beroperasinya perusahaan skala besar di suatu wilayah berkontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah itu. Tak terkecuali bagi sejumlah wilayah kabupaten/kota di beberapa daerah di Indonesia.

Enam kabupaten/kota di Indonesia tercatat memiliki pendapatan per kapita tertinggi. Pendapatan per kapita itu merefleksikan produk domestik bruto (PDB) per kapita masing-masing kabupaten/kota tersebut.

Enam kabupaten/kota dengan pendapatan per kapita terbesar itu rata-rata mencatat PDB per kapita di atas Rp100 juta. Kabupaten itu sebagian merupakan wilayah yang memiliki tambang, seperti emas, tembaga, batu bara, minyak dan gas. Namun, sebagian lagi menjadi pusat jasa, juga industri rokok yang menjadi urat nadi perekonomian wilayah tersebut.

PDB adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara/daerah pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional/daerah.

Berdasarkan data yang dihimpun VIVAnews dari Badan Pusat Statistik (BPS) edisi Agustus 2010, Kota Bontang di Kalimantan Timur pada 2009 membukukan PDB per kapita tertinggi.

1. Kota Bontang, Kaltim.


















PDB per kapita Kota Bontang tercatat sebesar Rp368,05 juta. Bontang yang terletak sekitar 120 kilometer dari Samarinda itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan, dan Selat Makassar di timur. Kaltim merupakan propinsi yang memberikan gaji atau upah tertinggi kedua secara nasional kepada karyawan atau buruh, yakni Rp2,15 juta per bulan.

Sejumlah perusahaan besar beroperasi di kota ini, di antaranya Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak), dan Indominco Mandiri (batu bara). Bontang juga memiliki kawasan industri petrokimia dan merupakan kota yang berorientasi di bidang industri, jasa serta perdagangan.

2. Kabupaten Mimika, Papua



















Kabupaten Mimika di Papua selama 2009 membukukan PDB per kapita Rp295,05 juta. Di Kabupaten Mimika yang beribukota Timika itu beroperasi salah satu tambang emas terbesar dunia, PT Freeport Indonesia. Gaji atau upah rata-rata yang diterima pegawai atau buruh di Papua juga tertinggi di Indonesia, yakni Rp2,16 juta per bulan.

Berdasarkan data Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009, Kabupaten Mimika mencatat dana bagi hasil Rp424,33 miliar. Namun, perolehan dana bagi hasil itu masih lebih rendah dibanding Bontang yang mencapai Rp476,83 miliar.

3. Jakarta Pusat, DKI Jakarta



















PDB per kapita tertinggi ketiga adalah Jakarta Pusat yang mencapai Rp224,41 juta. Sebagai daerah pusat ibukota pemerintahan, Jakarta Pusat diuntungkan dengan berkembangnya transaksi bisnis dan jasa. Upah atau gaji rata-rata yang diterima pegawai, pekerja atau buruh di Jakarta, tergolong tinggi, yakni Rp1,92 juta per bulan.

4. Kota Kediri, Jawa Timur




















Sementara itu, Kota Kediri di Jawa Timur mencatatkan PDB per kapita Rp202,33 juta, atau menempati urutan keempat terbesar. Di kota kretek itu beroperasi pabrik rokok besar, PT Gudang Garam Tbk yang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp32,97 triliun.

5. Kabupaten Siak, Riau
















Di urutan berikutnya, Kabupaten Siak di Riau membukukan PDB per kapita Rp156,35 juta. Tidak ada perusahaan yang menonjol di daerah tersebut, meski potensi unggulan daerah ini adalah sektor pertambangan minyak bumi.

Kabupaten Siak juga memiliki potensi strategis mengingat daerahnya berada di wilayah segi tiga pertumbuhan ekonomi "Sijori" Singapura-Johor-Riau dan IMG-GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle).

Dengan jarak hanya 150 kilometer dari Singapura, Siak diuntungkan sebagai persinggahan alternatif bagi kapal pedagang di Selat Malaka dan bahkan berpotensi besar menjadi relokasi industri dan layanan perdagangan internasional.

Namun, untuk dana bagi hasil, Siak menempati peringkat keempat terbesar atau mencapai Rp993,2 miliar. Penerimaan dana bagi hasil Kabupaten Siak ini hanya kalah dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebesar Rp2,56 triliun, Bengkalis (Riau) Rp1,51 triliun, dan Kutai Timur (Kaltim) Rp1,05 triliun.

6. Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat
















Kabupaten lainnya yang mampu membukukan PDB di atas Rp100 juta adalah Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB). PDB per kapita kabupaten yang di daerahnya beroperasi perusahaan tambang besar, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu mencapai Rp128,26 juta. (hs)

2011 Pemerintah Targetkan Angka Kemiskinan Turun

22 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pada tahun 2011 menargetkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 11,5-12,5 persen dari 13,3 pesen pada pada 2010.

Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan guna mencapai sasaran tersebut maka strategi dan arah kebijakan lintas bidang dilakukan bermacam cara.

"Kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibiayai melalui APBN misalnya dengan total anggaran Rp 50 triliun, akan mampu menciptakan sekitar 1,4 juta pekerja selama satu tahun," kata Lukita dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Selasa (21/9/2010).

Rapat yang membahas asumsi makro yang digunakan dalam RAPBN 2011 dihadiri antara lain Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.

Dalam rapat itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan memperkirakan, hingga akhir tahun 2010 jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa (13,3 persen) dan 19,93 juta jiwa atau 64,2 persen di antaranya tinggal di perdesaan. Pada 2009 lalu angka kemiskinan capai 14,15 persen.

Lukita mengatakan, korelasi antara asumsi makro yang dipakai dalam APBN erat kaitannya dengan target pengangguran sehingga dalam memperhitungkan tingkat pengangguran terbuka dan penyerapan tenaga kerja untuk setiap target pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah memperhitungkan bahwa pencapaiaannya 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menyerap kesempatan kerja sebesar 400 ribu orang. "Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen, diperkirakan pada tahun 2011 akan tercipata sekitar 2,5 juta kesempatan kerja baru," kata dia.

Pengurangan tingkat kemiskinan juga didukung dengan penambahan lahan pertanian sekitar 519,5 ribu hektare selama periode 2006-2009. "Kami juga telah menerbitkan beberapa peraturan. Yang terkait dengan anggaran dari Kementerian Lingkungan Hidup, dalam RAPBN 2011, kenaikan anggarannya lebih dari 100 persen," kata dia.

Mulai Dari Nol? Tak Masalah

Rabu, 22/9/2010

KOMPAS.com - Dalam jurnalnya yang berjudul Woman in Business, Deborah Shane, motivator dan pakar karier asal Amerika, memberikan kiat sukses berbisnis. Simak, yuk!

1. Tentukan Minat
Jika Anda telah siap untuk memasuki dunia bisnis, pilihlah usaha bisnis yang paling Anda minati. Entah dalam bidang kuliner, fashion, atau jasa. Ukur kemampuan dan pengetahuan untuk mengelolanya. Anda harus mengerti bidang bisnis yang akan dijalankan.

2. Mulailah Melangkah

Jika sudah memiliki pilihan, bersiaplah melangkah. Anda bisa mengajak rekan yang terpercaya untuk bergabung. Deborah menekankan, modal bukan hambatan. Bisnis selalu memberi peluang dan solusi.

3. Bergairah
Gairah untuk melakukan usaha merupakan hal penting dan harus selalu dijaga. Bisnis yang sukses tidak mengenal mood.

4. Pelajari Pasar
Lakukan riset tentang kompetitor bisnis Anda, baik dalam hal promosi atau harga. Jika Anda bermain dalam bisnis kuliner, cobalah untuk membandingkan rasa dan harga. Kemudian tanyakan pendapat konsumen tentang produk yang Anda jual, apakah mereka puas atau tidak.

5. Jaring Pelanggan
Pelajarilah perilaku konsumen dan lakukan pemasaran. Jangan ragu untuk memberikan promosi sebagai langkah pengenalan, seperti diskon setengah harga. Pelanggan merupakan unsur yang sangat penting dalam bisnis, jangan hubungan baik dan puaskan mereka.

6. Ikuti Aturan
Bisnis mengenal banyak aturan. Pertama, selesaikan perizinan usaha yang ditetapkan pemerintah. Kedua, buatlah aturan pribadi tentang usaha yang dijalankan, seperti jam operasional hingga pengelolaan anggaran.

7. Inovasi
Tak ada pendapatan tetap dalam bisnis. Jika memang bisnis Anda kurang berkembang, lakukan inovasi dengan segera, baik dalam segi produk atau pemasaran. Jangan buang waktu percuma untuk meratapi kegagalan.

8. Buat Rekening Bisnis

Bedakan antara uang pribadi dengan keuntungan bisnis. Gunakan 70 persen keuntungan untuk ditabung. Sisanya bisa Anda gunakan untuk kepentingan pribadi.

9. Belajar dan Belajar
Carilah ilmu sebanyak mungkin, dari buku, internet, atau berkomunikasi langsung dengan mereka yang berhasil menjalani bisnis.

10. Tekun
Tak selamanya bisnis berjalan lancar. Kegagalan itu merupakan hal yang biasa, jadikan sebagai pelajaran, bukan akhir dari perjalanan bisnis Anda. Jika Anda mengamati kisah di balik orang-orang sukses, pasti akan menemukan kuncinya, ketekunan.

Angka Kemiskinan Simpang Siur
















21 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com - Besarnya angka kemiskinan Indonesia masih simpang siur. Untuk kepentingan yang berbeda, angka yang menunjukkan jumlah penduduk miskin tersebut muncul dengan besaran berbeda.

Dalam laporan yang dibawa ke Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai Tujuan Pembangunan Milenium yang berlangsung pada 20-22 Desember 2010 di New York, angka kemiskinan yang dilaporkan adalah 13,3 persen atau jumlah penduduk miskin sekitar 31,02 juta—data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari Sensus Penduduk 2010.

Menurut catatan Kompas, dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang diperuntukkan bagi orang miskin, penerima bantuan iuran dari pemerintah berjumlah 76,4 juta orang. Mereka adalah penduduk yang dapat menggunakan jaminan itu ketika sakit. Angka itu lebih dari dua kali lipat dari angka penduduk miskin menurut BPS, yakni 31,02 juta jiwa pada tahun 2010.

Kesimpangsiuran angka penduduk miskin tersebut ditanggapi oleh Suahasil Nazara, Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia. Sementara itu, Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad dari sudut pandang yang berbeda menyoroti angka yang dilaporkan Indonesia ke forum di New York.

Metodologi

Menurut Suahasil Nazara, kemiskinan mempunyai banyak dimensi yang kerap tidak terwakili dalam data statistik. Orang-orang yang hidup di sekitar garis kemiskinan, misalnya, tidak dapat diabaikan karena jumlahnya besar. Persentase kemiskinan (sesuai laporan BPS) sekitar 13 persen, tetapi angka penerima bantuan pemerintah terkadang lebih besar. ”Itu mencerminkan terdapat keluarga yang masih layak menerima bantuan, tetapi tidak dikategorikan miskin oleh statistik BPS,” ujar Suahasil.

Menurut dia, persentase kemiskinan yang dikeluarkan BPS merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan metode tertentu. Yang terpenting, tegasnya, adalah menggunakan satu metodologi yang sama agar angka-angka tersebut dapat diperbandingkan antarwaktu sehingga trennya bisa diketahui.

Kualitas hidup

Suahasil menambahkan, salah satu tantangannya ialah mendekatkan perhitungan makro dengan realitas kemiskinan untuk kepentingan intervensi program-program mengurangi kemiskinan.

Hal lainnya, kualitas dan perbaikan hidup masyarakat belum tentu tercermin dari statistik itu. Angka kemiskinan turun belum berarti ada perbaikan kualitas hidup.

Menyoroti kualitas hidup, menurut Chalid, kualitas hidup penduduk miskin semakin buruk karena kebijakan pemerintah berpihak kepada kapitalis.

Kualitas hidup yang antara lain juga tampak dari pemenuhan kebutuhan akan air bersih dipandang Chalid tidak akan mencapai target MDGs karena, ”Patokannya adalah air dengan pemipaan, air bersih yang diswastakan. Bagaimana penduduk miskin akan mengakses? Harganya saja demikian mahal,” ujarnya. Dengan kebijakan semacam itu, tambahnya, penduduk miskin akan semakin jatuh miskin.

Suahasil menjelaskan, lantaran kompleksitasnya, penanganan kemiskinan perlu dilakukan secara komprehensif. Menurut dia, pemerintah sebetulnya telah mempunyai pendekatan dalam mengatasi masalah kemiskinan dengan membagi menjadi tiga kluster, yakni berbasis keluarga, komunitas, serta usaha mikro atau kecil.

”Kluster pertama biasanya berbentuk bantuan sosial. Kluster ketiga merupakan upaya meningkatkan pendapatan yang melibatkan lembaga keuangan atau perbankan,” ujarnya.

Ternyata Rakyat Indonesia Masih Miskin














20 September 2010.

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski target pengurangan angka kemiskinan ekstrem dan kelaparan sebagai salah satu sasaran Tujuan Pembangunan Milenium tercapai, pada kenyataannya rakyat Indonesia masih miskin. Pendapatan 1 dollar AS (kurang dari Rp 9.000) per hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Utusan khusus Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs), Nila Djuwita Moeloek, mengemukakan hal tersebut seusai acara Parliamentary Stand Up For MDGs di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Jumat (17/9/2010) pekan lalu.

Tanggal 20-22 September 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan Pertemuan Tingkat Tinggi untuk mengecek kemajuan MDGs. Sekitar 150 kepala negara akan hadir. Delegasi Indonesia dipimpin Kepala Bappenas Armida Alisjahbana. Semua negara harus melaporkan tingkat pencapaian sasaran-sasaran MDGs.

Nila selanjutnya mengatakan, untuk pengurangan angka kemiskinan, Indonesia masih tetap pada jalurnya. Namun, dengan ukuran kemiskinan, yakni pendapatan di bawah 1 dollar AS per hari per orang, tentu dipertanyakan kualitas hidup yang dijalani masyarakat dengan pendapatan tepat di ambang batas itu, ataupun sedikit di atasnya yang menurut ukuran itu tidak tergolong miskin.

Proyek global MDGs terdiri atas 8 sasaran yang mencakup pengurangan angka kemiskinan ekstrem dan kelaparan, peningkatan angka partisipasi pendidikan primer, peningkatan kesehatan ibu, pengurangan angka kematian anak, penyebaran HIV/AIDS, kesetaraan jender, kepastian lingkungan yang berkelanjutan, dan peningkatan kemitraan global.

Saat ini Indonesia memilih menetapkan ambang batas kemiskinan pada pendapatan 1 dollar AS per hari per orang. Angka yang dicapai Indonesia menunjukkan perbaikan.

Tahun 1990, sekitar 20,6 persen penduduk pendapatannya di atas 1 dollar AS per hari. Tahun 2010, dari hasil sensus penduduk, menurut analis Kampanye dan Advokasi MDGs PBB di Indonesia, Wilson TP Siahaan, angka itu menjadi sekitar 13,33 persen jumlah penduduk, atau ada 31,02 juta penduduk miskin, dari data BPS per Maret 2010.

Menurut Nila, target-target yang dianggap telah on track sekalipun masih harus dilihat secara lebih detail. Di bidang pendidikan, misalnya, angka partisipasi murni (APM) untuk pendidikan dasar telah naik menjadi 95,14 persen pada tahun 2008 dibandingkan angka partisipasi murni tahun 1993 yang mencapai 91,23 persen.

Tak jauh beda dari pandangan Nila, Wilson melihat pencapaian MDGs Indonesia bagaikan potret bercampur. Di satu sisi, beberapa sasaran, seperti pengurangan kemiskinan, telah on track. Namun, kinerja dalam pengentasan rakyat dari kemiskinan tetap menjadi masalah. Selama periode 1990-2010, kemiskinan hanya turun 1 persen.

Berdasarkan garis kemiskinan nasional, pada tahun 1990 kemiskinan 15,1 persen (27,2 juta orang miskin) dan pada tahun 2009 kemiskinan 14,15 persen (32,5 juta orang miskin), sementara tahun 2010 ada sekitar 31,7 juta orang miskin. ”Memang ada penurunan karena saat krisis tahun 1998 kemiskinan sempat mencapai 24 persen. Hanya saja, penurunan tidak cukup kencang dalam waktu 11 tahun,” ujarnya.

Masalah keadilan

MDGs yang dikemas dengan bungkus globalisasi, menurut Ketua Institute for Ecosoc Rights Sri Palupi, sebagai proyek internasional dan komitmen bersama guna mengurangi kemiskinan, MDGs seakan terlepas dari masalah ketidakadilan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Palupi mengungkapkan, hal yang paling mendasar untuk melihat MDGs adalah dengan perspektif hak asasi manusia. Menurut dia, kapabilitas orang miskin harus ditingkatkan melalui pendidikan, peningkatan kesehatan, dan penyediaan kesempatan bekerja. Dengan demikian akan muncul kemandirian menghidupi diri sendiri dan keluarganya.

Ia mencontohkan, sejak tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dinikmati 40 persen penduduk (golongan menengah) dan 20 persen (golongan terkaya). Sisanya yang 40 persen (penduduk termiskin) semakin tersingkir. Porsi pertumbuhan ekonomi yang dinikmati kelompok miskin menurun dari 20,92 persen pada tahun 2000 menjadi 19,2 persen tahun 2006.

Di samping itu, banyak kebijakan pemerintah dan target MDGs yang bertentangan. Di satu sisi, sasaran MDGs ialah menjamin kelestarian lingkungan dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Namun, pemerintah justru melakukan perusakan sistematis terhadap lingkungan.

Pemerataan

Persoalan MDGs tidak bisa dipandang sebatas angka secara nasional, tetapi harus dilihat bagaimana pemerataan pencapaiannya di seluruh bagian Indonesia. Hal itu dikemukakan Divisi Monitoring Kebijakan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan.

Ade berpendapat, di Indonesia bagian timur yang lebih tertinggal dibandingkan dengan bagian Indonesia lain, masalahnya akan sangat kompleks ditambah dengan kondisi geografis yang menjadi tantangan tersendiri.

Perlu pemetaan daerah yang kaya dan minus sehingga kebijakan pemerintah bisa lebih tepat sasaran. ”Selain itu, bias kebijakan juga harus dihindari. Permasalahan sebenarnya ada di daerah, tetapi penyelesaiannya menggunakan asumsi kota,” ujarnya. Menurut dia, penyelesaian masalah tidak bisa instan dan top down. ”Warga perlu terlibat dalam pembuatan kebijakan sehingga kebijakan dapat menjawab masalah-masalah mereka,” kata Ade.

Secara umum, menurut Wilson, Indonesia jelas lebih baik daripada negara-negara di Afrika dan India karena populasinya lebih sedikit. Di samping itu, Indonesia mempunyai potensi besar dalam hal pendanaan, institusi, dan sumber daya manusia. Persoalannya ialah memastikan di tingkat bawah akan efektivitas program dan kekonkretannya. Menurut Wilson, MDGs adalah alat untuk melihat akuntabilitas pemimpin kepada masyarakat dalam perbaikan kesejahteraan.

Sementara Nila menegaskan, arah pemerintah selama ini sudah benar karena pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki semangat pro-poor, pro-growth, dan pro-job. Rencana pemerintah untuk mencapai semua sasaran MDGs tergambar pula dalam rencana pembangunan berjangka yang telah disusun.

Dari Sopir Jadi Juragan Kue Kacang Hijau














18 September 2010.

Kompas.Com. Kue kacang hijau sudah sejak lama menjadi salah satu cemilan warga Kota Sabang, Pulau We, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 1980-an, beberapa warung menjual kue kacang hijau buatan ibu rumah tangga itu dengan cara diletakkan di atas nampan atau piring.

Warga menilai kue kacang hijau hanyalah camilan biasa, tidak ada istimewanya. Apalagi, kue itu hanya bertahan satu sampai dua hari. Lebih dari itu, tidak lezat lagi disantap karena basi.

Beda dulu, beda sekarang. Tangan dingin Marfin Gunawan (53) atau kerap dipanggil A Guan berhasil mendongkrak citra kue kacang hijau dari sekadar kue kelas toko menjadi kue andalan Kota Sabang. Tidak ada yang menyangka kalau mantan sopir angkutan barang itu mampu mendongkrak pamor kue kacang.

Di hampir semua pusat oleh-oleh khas Sabang, termasuk di Pelabuhan Balohan, pemilik toko memajang Kue Kacang Hijau AG Sabang ini. Para pelancong yang singgah ke Sabang merasa kurang puas kalau tidak membawa pulang Kue Kacang Hijau AG Sabang. Ketenaran Kue Kacang Hijau AG Sabang bahkan sampai ke Yogyakarta melalui anggota TNI Angkatan Udara yang terbang bolak-balik Yogyakarta-Sabang sebulan sekali.

Semua itu butuh ketekunan, keuletan, dan perjuangan panjang. Pria kelahiran Sabang, 13 Juni 1957, itu sendiri tidak pernah menduga kalau harus menggeluti usaha pembuatan kue kacang hijau.

Perjodohan Marfin dengan kue kacang hijau, yang mirip dengan bakpia, itu bermula pada suatu hari pada tahun 1994. Saat itu, seorang pengusaha kacang hijau tingkat rumah tangga memberinya resep rahasia membuat kue kacang hijau kepada Marfin. Pengusaha itu sendiri memilih alih profesi karena merasa usaha lamanya itu tidak prospektif.

Marfin lantas mencoba resep rahasia itu dan menitipkannya di toko-toko. Hasilnya sama saja, kuenya tidak begitu laku. Dalam sehari hanya sekitar 50 biji yang terjual dari 100 biji yang tersedia. ”Dari situ saya mulai mencari cara agar kue kacang ini lebih diminati pembeli,” kata Marfin, akhir Juli lalu.

Inovasi

Dia menemukan dua kekurangan mencolok dalam pembuatan kue kacang hijau. Kue tersebut terlalu basah dan rasanya hambar karena menggunakan minyak goreng. Setelah beberapa kali berinovasi, dia menemukan pengganti minyak goreng yang pas, yakni mentega yang membuat kuenya lebih kering dan gurih.

Dampak inovasi itu sangat nyata. Omzet penjualan kue kacang hijau terus melambung. Pada tahun 2000, omzetnya mencapai 200 sampai 300 kotak per hari, dengan harga Rp 11.000 per kotak. Satu kotak berisi 20 biji kue kacang hijau. Semua dia lakukan sendiri, dibantu anggota keluarganya.

Marfin biasa bangun pukul 03.00 untuk membuat adonan kue. Dia baru tidur pada pukul 22.00 pada saat semua bahan untuk esok hari telah siap. Kebiasaan itu berlangsung sampai sekarang.

Namun, masih ada yang mengganggu Marfin karena kuenya hanya bisa bertahan satu sampai dua hari alias cepat basi. Untuk itu, dia menambahkan zat antibasi dalam adonannya. Ide untuk penambahan zat antibasi itu datang dari petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan saat Marfin berkonsultasi tentang cara meningkatkan mutu kuenya. Hasilnya, kue bisa bertahan sampai sepekan.

”Zat antibasi ini bukan pengawet. Saya tidak berani memberi zat pengawet karena katanya bisa mengganggu kesehatan,” kata Marfin.

Usaha pembuatan kue kacang hijau terus berkembang. Marfin perlu tambahan tenaga kerja sehingga dia merekrut 25 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya di Jalan Sultan Hasanuddin, Sabang, sebagai pekerja.

Selain itu, dia merasa perlu membeli alat-alat produksi baru untuk pengembangan usaha. Dari awalnya menggunakan oven manual, kemudian Marfin membeli tiga oven semimanual seharga Rp 400.000 per buah. Saat keuntungan kian melimpah, dia membeli oven putar sebanyak empat buah, Rp 11 juta sampai Rp 16 juta per buah.

Terdampak tsunami

Ketika tsunami menghantam Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004, usaha Marfin ikut menjadi korban ikutan. Meskipun semua alat produksi selamat dari hantaman tsunami dan semua anggota keluarga selamat, usahanya lesu.

Tak ada seorang pun pegawainya yang masuk kerja karena mereka sibuk menyelamatkan diri dan merawat keluarganya yang menjadi korban. Kalau pun Marfin memaksakan membuat kue, tidak akan ada yang membelinya. ”Saat itu, banyak orang berpikir sulit untuk bisa pulih, tetapi saya yakin masih bisa bertahan dan maju,” katanya.

Tiga bulan usaha Marfin mati dan itu membuatnya sempat berpikir usahanya berakhir. Seiring pulihnya korban tsunami, semangat Marfin pun pulih. Apalagi, para karyawannya kembali bekerja.

Seolah berangkat dari nol lagi, Marfin meyakinkan diri dan karyawannya bahwa usahanya akan maju jika mereka tetap bersemangat. Satu bulan. Dua bulan. Tiga bulan. Omzet Marfin pulih dan bahkan naik menjadi 500 kotak per hari.

Saat itu dia merasa perlu inovasi baru. Jika sebelumnya kotak kemasan kue kacang hanya berupa kardus polos, sekarang dia berpikir untuk membuat merek bergambar dan berlabel halal. Tujuannya agar para pelancong semakin mantap menjadikan Kue Kacang Hijau AG Sabang sebagai oleh-oleh.

Dia lantas menghubungi koleganya di Medan, Sumatera Utara, untuk membantu mencetak dan membuat desain kotak kemasan kue kacang hijau. Sejak saat itu, tepatnya awal 2005, kemasan Kue Kacang Hijau AG Sabang lebih menarik dan menawan seperti yang terlihat di berbagai warung dan toko pusat oleh-oleh.

Kerja keras Marfin tidak hanya diapresiasi oleh pelanggan. Badan POM memberinya penghargaan berupa piagam Bintang Keamanan Pangan karena telah menerapkan prinsip dasar keamanan pangan. Badan POM menilai, proses pembuatan Kue Kacang Hijau AG Sabang menjaga higienitas, keamanan penyimpanan, sanitasi yang bagus, serta peralatan yang aman dan bersih.

Omzet Kelontong di Kapal Puluhan Juta









7 September 2010.

KOMPAS.com — Melayani rute perjalanan panjang di laut, KM Gunung Dempo memberikan keuntungan tersendiri bagi para pedagang di kapal dengan rute Tanjung Priok-Merauke ini. Dalam sekali perjalanan, penjual di kios KM Gunung Dempo bisa meraih omzet hingga Rp 30.000.000!

"Kalau sekali jalan pulang pergi, omzet bisa sampai Rp 30.000.000. Itu buat 14 hari di laut," ujar Frans (38), pedagang toko kelontong, Senin (6/9/2010) di KM Gunung Dempo, yang melayani rute Tanjungpriok-Surabaya-Makassar-Ambon-Sorong-Biak-Jayapura.

Melalui toko yang sudah dikelolanya sejak tahun 1998, Frans menjual makanan dan minuman, pakaian, perlengkapan mandi, serta pulsa. Menjelang Lebaran ini, Frans mengaku omzetnya meningkat hingga 30 persen.

Menurutnya, pemasukan yang didapat dari berjualan di kapal laut relatif stabil. Hal ini dikarenakan perjalanan yang panjang membuat penumpang pasti membutuhkan sesuatu untuk dibeli.

Selama 12 tahun hidup di laut, Frans pun sudah mengetahui siklus penumpang kapal yang bisa membuat pedagang seperti dirinya meraup keuntungan. "Biasanya perjalanan Jakarta-Surabaya ini tidak terlalu ramai orang beli di kios karena masih ada bekal yang cukup dari rumah. Namun, selepas Makassar sampai ke timur itu akan semakin ramai. Orang akan beli barang di kapal," ujarnya.

Banyaknya warga asal Indonesia timur yang berbelanja di kapal ini terjadi lantaran harga barang-barang di darat sangat tinggi. Sebagai contoh, air mineral ukuran 2 liter dijual di Papua bisa mencapai Rp 20.000. Pakaian pun tak luput diserbu para penumpang dari Indonesia timur ini. Pasalnya, menurut Frans, harga pakaian di Indonesia timur bisa lebih mahal 100-150 persen dibandingkan harga di Indonesia bagian barat.

"Kalau sudah sampai di timur, balik lagi, langsung habis ini stoknya. Kami ambil barang lagi pas mendarat di Surabaya," ungkap pria mualaf keturunan Tionghoa tersebut.

Benda langka lain yang diserbu penumpang adalah pulsa. Komunikasi menjadi sebuah kebutuhan utama, tetapi sangat langka di tengah laut. Dengan berdagang pulsa, Frans mengaku meraih keuntungan hingga 80 persen dari harga yang didapat dari penyuplai. Omzet penjualan pulsa untuk sekali perjalanan pulang pergi pun bisa mencapai Rp 7.000.000 hingga Rp 8.000.000.Tidak mengherankan karena pulsa yang dijual Frans harganya bisa Rp 8.000 lebih mahal daripada nominal pulsanya.

Alhasil, meski bisa berbulan-bulan berada di tengah lautan dan jauh dari keluarga, Frans yang lulusan Universitas Negeri Lampung ini kini mampu membuka kios telepon seluler di Surabaya serta mulai berbisnis tanah dan sapi.

Ekspor Non-Migas Lampung Tembus 65 Negara

7 September 2010.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG--Realisasi ekspor komoditas nonmigas Provinsi Lampung pada Juli 2010 menembus 65 negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika, kata Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Achmad Adji Purwanto, Selasa.

Negara terbesar tujuan ekspor pada Juli yakni China senilai 238,092 juta dolar AS atau 31,57 persen, Amerika Serikat senilai 115,693 juta dolar (15,34 persen), Malaysia 100,240 juta dolar (13,29 persen), Jepang 42,817 juta dolar (5,68 persen) dan Jerman 33,263 juta dolar.

Dari 65 negara tujuan ekspor, kawasan Asia merupakan pangsa pasar terbesar dengan 66,20 persen, disusul Amerika Serikat 18,77 persen dan Eropa 13,68 persen.

Nilai ekspor sejumlah komoditas nonmigas Provinsi Lampung pada Juli 2010 sebesar 754,06 juta dolar AS atau naik 177,08 persen bila dibanding Juni. Untuk volume ekspor sebesar 904.133 ton atau mengalami kenaikan 53,85 persen dibanding Juni, kata Achmad.

Khusus untuk impor nonmigas pada Juli senilai 52,46 juta dolar AS dengan berat 81.942 ton, dengan demikian neraca perdagangan nonmigas Lampung menunjukkan surplus 701,60 juta dolar AS.

Ia menyebutkan, komoditas utama ekspor Lampung masih didominasi kakao, kopi robusta, pulp , lada hitam dan nenas kaleng. Ekspor pulp pada Juli senilai 199,393 juta dolar, kakao 172,966 juta dolar AS, lada hitam 69,582 juta dolar AS, kopi robusta 50,791 juta dolar AS dan nenas kaleng 47,598 juta dolar AS.

Dilihat dari komposisinya, ekspor Lampung pada Juli sebagian besar berupa produk hasil industri (50,59 persen), pertanian (46,25 persen). Selanjutnya, produk hasil tambang (3,16 persen) dan hasil kerajinan.

2014 Kalteng Punya Kereta Api

7 September 2010.

PALANGKARAYA, KOMPAS.com -
Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang mengatakan pembangunan rel kereta api sepajang 180 kilometer dari Kabupaten Murung Raya menuju Kabupaten Barito Selatan akan selesai 2014.

"Ada empat perusahaan konsorsium yang akan mengikuti pelelangan pembangunan rel kereta api (KA) tersebut, dan direncanakan pelaksanaan lelang pada Februari 2011," katanya di Palangkaraya, Selasa (7/9/2010).

Menurut Teras pada awalnya ada 15 perusahaan yang mengambil berkas formulir pendaftaran dengan biaya sebesar Rp 50 juta. Namun dari jumlah itu ada enam perusahaan yang berani mengembalikan formulir tersebut.

"Sembilan perusahaan lainnya tidak mengembalikan formulir pendaftaran, padahal mereka sudah membayar uang pendaftaran sebesar Rp 50 juta. Hanya enam perusahaan yang mengembalikan formulir," ujarnya.

Dari enam perusahaan yang mengembalikan formulir pendaftaran itu, kata dia, ada empat perusahaan yang dinyatakan bisa mengikuti lelang. Setelah lelang dilakukan, pertengahan 2011 pembangunan rel kereta api itu diharapkan sudah dimulai.

"Dari 15 perusahaan yang mendaftar itu pemeirntah daerah mendapat Rp 750 juta, dan uangnya dimasukkan ke kas daerah sebagai pos pendapatan asli daerah," katanya.

Ia mengatakan pembangunan rel kereta api tersebut tidak menggunakan dana APBN, APBD. Pembiayaannya murni ditanggung swasta. Hanya studi kelayakan yang dananya dibantu Bappenas.

"Dana pembangunan rel kereta api murni dari swasta, bantuan pemerintah pusat maupun daerah tidak ada di proyek tersebut," katanya.

Menurut gubernur dengan beroperasinya rel kereta api di Kalteng, akan menjadi sejarah baru bagi perkeretaapian di Kalimantan, ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat. "Saya berharap dengan selesainya pembangunan rel kereta api pada 2014, akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Kalteng," katanya.

Benarkah Jumlah Warga Miskin Turun?

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan jumlah warga miskin di Indonesia turun. Benarkah?

6 September 2010.

VIVAnews - Kemiskinan adalah salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara mana pun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan akurat, dan tepat sasaran.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam hasil survei yang dipublikasikan baru-baru ini menyatakan, data kemiskinan yang baik dapat digunakan mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya dapat menjadi instrumen tepat bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan taraf hidup warga miskin.

BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan tahun lalu, pada Maret 2009, penduduk miskin berjumlah 32,53 juta orang (14,15 persen). Artinya jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta orang.

Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir meragukan angka itu. Bagi Revrisond, meski angka kemiskinan cenderung berkurang, masyarakat berada tepat di garis kemiskinan sangat tinggi. "Sehingga kalau musim paceklik tiba, angka kemiskinan kembali tinggi," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Minggu 5 September 2010.

"Ini karena tidak ada kesungguhan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Pemerintah hanya melakukan seolah-olah peduli rakyat," imbuhnya.

Meski begitu, BPS meyakini pengukuran kemiskinan yang mereka lakukan telah benar, dengan konsep mengukur kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Konsep ini tak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia.

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).

BPS berpendapat, ada dua komponen garis kemiskinan, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Hasil survei BPS yang lain, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah pedesaan. Selama periode Maret 2009- Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 810 ribu orang, sementara di daerah pedesaan berkurang 690 ribu orang.

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tak banyak berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan, begitu juga pada Maret 2010 yang sebesar 64,23 persen.

Peluang Bisnis Bisa Lahir dari Pasar

Jumat, 3/9/2010 | 19:54 WIB

KOMPAS.com — Tak sedikit orang atau karyawan yang memendam keinginan berwirausaha. Banyak juga yang sudah siap secara finansial, tetapi masih juga belum menentukan pilihan bidang usaha apa yang sebaiknya dijalankan. Lantas apa yang menghambat Anda? Jika ternyata peluang usaha bisa datang dari mana saja, termasuk sejumlah pasar tradisional di Jakarta.

Yang perlu Anda lakukan adalah mencari informasi dan menyaringnya. Kesempatan bisa diciptakan bukan? Tentu saja dengan melihat kebutuhan pasar. Berbisnis musiman bisa menjadi salah satu pilihan. Namun, pastikan Anda sudah lebih dahulu memetakan pasar dan meyakini produk yang akan Anda jual dapat menghasilkan dalam jangka waktu pendek.

Sejumlah pedagang sudah membuktikan ini. Seperti pedagang alat tulis dan kebutuhan sekolah musiman di Jakarta Selatan. Mengambil lokasi yang tak berjauhan dengan keramaian, di pinggir jalan utama Ciledug Raya, pedagang buku ini membuka kios sederhana dengan mobil bak terbuka yang berisi buku tulis dan ragam kebutuhan sekolah. Pedagang musiman ini selalu ramai dikunjungi para orangtua dan pelajar menjelang pergantian tahun pelajaran sekolah atau usai liburan panjang sekolah. Menyasar kalangan menengah yang mencari buku murah, nyatanya membawa berkah dari tahun ke tahun.

Serupa dengan pedagang buku ini, berjarak sekitar 10 menit berkendara, di pinggir jalan yang sama Kompas Female juga mendapati pedagang musiman. Kali ini, produknya adalah mainan anak-anak. Biasanya, seusai hari raya, kios sederhana beratapkan tenda ini ramai dikunjungi orangtua yang mengantarkan anaknya membelanjakan uang angpau Lebaran.

Peluang usaha seperti ini selalu terbuka lebar bagi siapa saja. Bahan bakunya juga bisa didapatkan dari berbagai sentra grosiran. Anda pun bisa menggali kesempatan bisnis musiman seperti ini dengan lebih jeli melihat kebutuhan pasar yang sifatnya musiman.

Lantas di mana Anda bisa berbelanja kebutuhan dengan harga murah dan untuk dijual kembali? Referensi pasar dari majalah IdeBisnis berikut ini bisa menjadi ide usaha untuk Anda:

Pasar Kebon Kembang, Bogor
Inilah sentra grosir sandal dan sepatu lokal. Pasar ini terletak di kawasan Pasar Anyar, tepatnya di Pasar Kebon Kembang Blok B Jalan Nyai Raja Permas. Posisinya tak jauh dari stasiun KA Bogor. Kira-kira apa yang bisa Anda gali dari sentra bisnis ini? Sebab, jangan salah, sebagian besar sepatu dan sandal lokal ini dipasarkan kembali di sejumlah pasar di kawasan Jabodetabek. Selain juga ke beberapa wilayah di seluruh Indonesia. Bahkan melalui pihak ketiga, produk lokal ini bisa ditemukan di beberapa negara seperti Afrika dan Arab Saudi.

Soal harga dan model produk, tak perlu khawatir, ragam variasi disediakan di pasar ini. Bagaimana tidak, terdapat sekitar 200 pedagang grosir sandal dan sepatu di pasar dengan bangunan dua lantai ini. Segmen produk alas kaki juga bervariasi mulai anak hingga dewasa, pria dan wanita. Meskipun kebanyakan adalah produk sandal dan sepatu untuk wanita.

Produk lokal ini dipasok dari 4.000 perajin dari Kabupaten Bogor, Cibaduyut hingga Bandung. Dengan segmen menengah bawah, harga eceran relatif murah dengan pembelian dalam hitungan kodi. Satu kodi biasanya berisi 20 pasang sepatu atau sandal. Untuk sepatu dan sandal anak, harga satu kodi berkisar antara Rp 200.000-Rp 400.000, tergantung bahan dan modelnya. Sedangkan untuk produk yang menyasar segmen wanita, kisaran harga mulai Rp 200.000-Rp 700.000, semakin tinggi kualitasnya semakin tinggi juga harga per kodinya. Sandal untuk pria dewasa satu kodi Rp 350.000-Rp 450.000 (kemasan plastik) dan Rp 400.000-Rp 500.000 (kemasan boks kardus). Sementara untuk sepatu pria, kebanyakan dijual satuan bukan grosiran.

Pasar Gembrong, Jakarta Timur
Bisa jadi pedagang musiman mainan di Jalan Ciledug Raya membeli barang dagangannya dari sentra mainan anak di Pasar Gembrong ini. Resminya, pasar ini bernama Pasar Gembrong Cipinang Besar Selatan (CBS), tetapi lebih populer disebut Pasar Prumpung di Jakarta Timur.

Pasar yang sudah berusia 30 tahun ini menjadi tempat belanja para pedagang mainan atau konsumen yang ingin membeli mainan anak dengan harga miring. Mainan yang dijual kebanyakan berasal dari China. Jenisnya beragam, mulai mobil-mobilan, robot, helikopter, bola mainan, kartu sampai dengan boneka barbie. Dari yang palsu sampai yang asli.

Deretan kios yang berada persis di pinggir jalan kebanyakan menjual barang eceran (satuan). Harganya bervariasi mulai Rp 20.000 hingga ratusan ribu. Kios yang terletak di bagian dalam pasar ini menjadi sentra mainan yang bisa dibeli dalam jumlah lebih besar atau grosiran. Mainan grosiran ini dijual per lusin (12 buah) dengan harga termurah Rp 33.500 untuk 12 buah robot plastik. Harga termahalnya adalah mainan senapan kokang Rp 260.000 per lusin.

Pasar Asemka
Tempat yang juga disebut Pasar Pagi Lama ini terkenal sebagai kawasan grosir di Jakarta yang menjual berbagai kebutuhan sarana olahraga. Sebut saja bola pingpong, bola kaki, basket, raket badminton, hingga peralatan senam.

Selain bisa dibeli dengan harga grosir, peralatan olahraga ini juga bisa dibeli eceran. Harga termurah Rp 5.000 hingga yang bernilai jutaan rupiah. Ragam kualitas produk dan harga tersedia di sini. Raket bulutangkis, misalnya, ada yang harganya Rp 15.000 untuk dua raket lengkap dengan senarnya, tetapi ada juga yang harganya Rp 300.000-Rp 400.000.

Sebagai tempat perkulakan, Pasar Asemka memang menguntungkan. Bola pingpong yang biasanya di luar dijual Rp 5.000 per satu bola, di Pasar Asemka, dengan harga dan merek yang sama bisa mendapatkan satu kardus berisi tiga bola.

Asemka juga dikenal sebagai pusat belanja alat tulis kantor (ATK) dan aksesori yang biasanya juga sebagai suvenir pernikahan.

Pusat Grosir Senen Jaya
Jam tangan trendi dengan harga murah bisa didapatkan di Pusat Grosir Senen Jaya (PGSJ). Lokasinya tertata rapi dan nyaman untuk berbelanja.

Variasi produk ciri khas pusat grosir juga dapat Anda temui di sini. Jam tangan seharga Rp 15.000 hingga jutaan rupiah bisa menjadi pilihan barang dagangan. Sekitar 100 kios menggelar dagangannya di pasar ini dengan berbagai pilihan jenis dan model jam tangan.

Cara transaksi berbeda di setiap kios. Anda bisa membeli grosiran dengan hitungan per lusin atau membeli satuan. Sebagian besar jam tangan yang dijual di PGSJ adalah buatan China. Kebanyakan orang menyebutnya KW satu. Kisaran harga Rp 120.000 per lusin, ada juga merek tertentu yang menjual dengan harga Rp 168.000 per lusin.

Ambisi Ambani, Miliarder Dunia di Indonesia

Reliance akan berinvestasi membangun rel kereta api, pelabuhan dan pembangkit listrik.
















3 September 2010.

VIVAnews - Di kalangan panggung bisnis dunia, nama Mukesh Ambani begitu populer. Dia adalah orang terkaya nomor lima terbesar dunia dengan total kekayaan US$29 miliar atau Rp261 triliun per Maret 2010 lalu.

Dia adalah pemilik Reliance Industries, konglomerat bisnis asal India yang bergerak di bidang petrokimia, pertambangan, pembangkit, serta minyak dan gas. Kini, kerajaan bisnis Ambani terus merangsek ke berbagai bidang.

Baru saja sehari, seperti dikutip The Economic Times India, Reliance Industries telah menambah pembelian 0,68 persen saham perhotelan EIH Ltd yang mengelola hotel terkemuka di India, yakni hotel Oberoi & Trident. Ini adalah kelanjutan dari langkahnya membeli 14,12 persen saham hotel mewah tersebut pada Senin lalu, 30 Agustus 2010.

Itu aksi terbaru kelompok bisnis Ambani di kampung halamannya. Di luar negaranya, baru-baru ini Reliance Industries melanjutkan debutnya di Indonesia. Di Indonesia, mereka memiliki rencana besar untuk menunjang kegiatan bisnisnya.

Eksekutif salah satu anak usahanya, Reliance Power Ltd India telah menemui Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres Jakarta pekan lalu. Dia adalah Chief Executive Officer (CEO) Reliance Power Ltd, Jayarama P Chalasani.

Dalam pemaparannya seusai pertemuan, Reliance akan berinvestasi membangun rel kereta api, pelabuhan dan pembangkit listrik di Sumatera. Total nilai investasi sekitar US$4-5 miliar atau setara Rp36-45 triliun.

"Reliance Power sudah bertemu dengan kami, mereka ingin membangun rel kereta api di Sumatera Selatan," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan. "Dananya sudah ada, tinggal perizinannya yang belum."

Reliance Power akan membangun rel kereta api sepanjang 230 kilometer dari Sumatera Selatan menuju Jambi. Dengan begitu, Sumatera akan memiliki tiga jalur kereta api, yaitu Trans Pacific Sumsel-Lampung, Tanjung Enim-Tanjung
Carat, dan Sumsel-Jambi.

Rel kereta tersebut akan digunakan sebagai lintasan guna mengangkut batu bara di tambang-tambang yang sudah dimiliki Reliance di Sumatera Selatan. Mereka memiliki sekitar 2-3 areal tambang batu bara, namun infrastruktur belum siap.

"Jadi, kalau angka US$5 miliar, itu masuk akal karena berambisi membangun rel kereta, pelabuhan dan pembangkit listrik."

Pengusaha Kecil Indonesia Jangan Tergantung Singapura

24 Agustus 2010.

TEMPO Interaktif, Batam - Ahli bidang usaha kecil dan menengah asal Amerika Serikat, Ben Casnocha mengatakan, pengusaha kecil di Batam dan Kepulauan Riau tidak harus tergantung dengan Singapura atau Malaysia soal pemasaran produk.

Sebab bila terus menerus ketergantungan pada orang lain, maka tidak bisa berinovasi dalam hal bisnis. "Kita harus inovatif, gigih dan saling percaya," kata Ben dihadapan para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di Batam.

Ia sendiri sebelum berhasil sebagai pengusaha UKM di negerinya, pernah jatuh-bangun dalam usaha, tapi terus dilanjutkan hingga sekarang dapat menikmati kegigihan itu. " Jangan cepat menyerah," pintanya.

Sebagai usaha kecil, memang perlu mendapat pelatihan. Pelatihan ini tidak hanya berupa bagaimana membuat produk baru, tapi soal pemasaran, manajemen dan kesiapan mental untuk bersaing dengan pengusaha lain dari negara lain pula.

Ben menyebutkan, warga Amerika lebih menyukai hasil produk dari Indonesia berupa furnitur khususnya terbuta dari kayu yang tidak ada di negara lain.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kota Batam, O.K. Simatupang mengatakan, pihaknya mulai melirik usaha kecil dan menengah, sejak pengusaha Cina berkeinginan membeli arang batok kelapa sebanyak satu juta ton per tahun. "Tempurung kepala selama ini dibuang-buang, sekarang laku dijual," kata O.K. Simatupang.

Dia mengemukakan bahwa, ketika pihaknya telah ikut Ekspo di Shanghai, Cina dan mengirimkan delegasi dagang dari APINDO. Perusahaan Cina yang berniat membeli arang batok kelapa itu adalah PT. China Industry Investment.

Happy, Tularkan Virus Wirausaha sejak Dini














31 Agustus 2010.

KOMPAS.com — Salah cetak membawa berkah. Di kantor Happy Astidiana Paramitasari (33) yang bergerak di bidang multimedia, salah cetak atau salah bakar CD lumrah terjadi. Sekalipun jumlahnya tak banyak, sampahnya tetap saja menganggu. Semula, ibu dua anak yang tinggal di Surabaya ini membuangnya begitu saja. Tapi, pada awal 2009, ia punya gagasan untuk memanfaatkannya.

Sejak saat itu lahirlah Design Trash, sebuah program yang mengajarkan bagaimana membuat desain bagus dari bahan sampah. Produk yang dihasilkannya mebel, kotak tisu, tas, dan kerajinan lainnya. Sebagian dari produk ini diekspor. Tak kalah penting, program ini juga memberdayakan secara langsung warga di mana banyak ditemukan sampah dengan jenis tertentu.

Di Pasuruan, Happy mengajak sepuluh perajin memanfaatkan limbah kayu. Di enam desa tertinggal di Tengger, kaki Gunung Bromo, ia mengajak 150 anak muda membuat sandal dan topi dari tanaman eceng gondok. Setidaknya, eceng gondok sebanyak dua keranjang besar diolah setiap pekan.

Happy secara khusus menyebut pekerjaannya di Tengger mendatangkan tantangan tersendiri. Setiap akhir pekan, ia bermobil ke enam desa secara bergiliran. Jarak yang ia tempuh hampir 200 kilometer atau empat jam perjalanan. Para perajin dadakan yang dibinanya berusia 15 sampai 25 tahun, sementara kaum ibu di tempat ini membantu dengan menyediakan tempat dan konsumsi sekadarnya. Mengingat anak-anak muda ini lebih akrab dengan cangkul dan alat pertanian lain, mereka sering kesulitan bila diarahkan membuat sandal dengan komposisi warna tertentu. “Saya akhirnya membuat sendiri contohnya dan meminta mereka meniru,” ujar Happy.

Yang lebih menggembirakan alumni pascasarjarna Desain Produk ITS Surabaya ini adalah semangat perajin muda Tengger. Mereka menyisihkan sebagian penghasilan sebagai buruh tani (Rp 5.000-Rp 10.000 per hari) untuk terlibat dalam proyek ini. Uang mereka biasanya dipakai untuk kegiatan pameran karena sekalipun biaya stan ditanggung pemerintah daerah, mereka mesti membayar sendiri transportasi dan akomodasi. Sering kali mereka hanya menginap di masjid atau warung dekat dengan lokasi pameran.

Menurut catatan Happy, selama setahun terakhir melalui pameran dan jualan langsung di obyek-obyek wisata di Malang, anak-anak muda Tengger itu berhasil mendapatkan uang Rp 8 juta. Angka ini memang masih kecil. Oleh karena itu, uang yang terkumpul tidak langsung dibagi, tetapi disimpan dan digunakan sebagai modal tambahan. Saat ini, mereka sedang menggarap hiasan dinding dari kulit pohon mati dan pulpen dari kayunya.

Design Trash sejalan dengan visi perusahaan Happy, Citramedia & Partners. Dalam operasinya, Citramedia banyak melayani pembuatan desain kemasan untuk produk-produk keluaran usaha kecil dan menengah (UKM). “Kami tak pernah mengenakan fee untuk desain yang kami buat,” kata Happy.

Penghasilan baru diperoleh Citramedia bila perusahaan mendapt order memproduksi kemasannya. Pemosisian Citramedia yang seperti ini membuatnya digandeng perusahaan-perusahaan besar untuk menjadi jembatan antara mereka dan UKM binaan.

Sekalipun kesibukannya sudah seabrek, Happy ternyata masih menyimpan obsesi khusus: mencetak wirausaha sebanyak-banyaknya. Beruntung, keikutsertaannya dalam kompetisi British Council International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Design Award 2009 membuat namanya semakin dikenal di Surabaya. “Saya sangat terbantu karena mendapat jaringan kerja baru,” ujar Happy. Ia pun sering ditanggap kampus-kampus untuk menjelaskan tentang ajang ini.

Oleh karena itu, bersama 15 rekan wirausaha muda Surabaya, sebulan lalu ia meluncurkan Program Entrepreneur Sejak Dini. Acara pertama yang digelar adalah seminar kecil bertemakan “Bisnis Online Versus Offline” yang dihadiri sekitar 100 siswa SMA.

Menurut Happy, apa yang dilakukannya bersama teman-temannya adalah upaya meneladani orang-orang sebelumnya yang sudah berjuang tanpa pamrih. “Indonesia butuh sikap ikhlas kepahlawanan yang dapat menginspirasi orang-orang di sekitarnya berpikir positif,” kata Happy. (British Council)