Selasa, 09 Maret 2010
JAKARTA--Media Indonesia: Nasib rakyat tidak semata-mata tergantung kondisi dan nasib, melainkan berhubungan erat dengan kinerja pemerintahan yang tengah berjalan.
"Untuk mengubah nasib rakyat, perlu untuk mengubah terlebih dahulu pemerintahan yang sedang berjalan. Indikator keberhasilannya adalah apakah rakyat mengalami peningkatan kesejahteraan atau tidak," ungkap pakar hukum otonomi daerah Ryaas Rasyid dalam peluncuran buku Membangun Daerah, Membangun Republik yang disusun tim penulis Soegeng Sarjadi Syndicate pada Selasa (9/3) pagi di Jakarta.
Tidak semua orang di negeri ini, menurut Ryaas, yang dikategorikannya khusus sebagai rakyat. Ia beranggapan bahwa masyarakat lapisan paling bawahlah yang benar-benar membutuhkan aksi pemerintah. Indonesia harus meniru yang telah dilakukan negara tetangga, salah satunya Malaysia.
Malaysia telah berhasil mengubah kesejahteraan rakyat di lapisan paling bawah. Pekerjaan terendah rakyat di tiap negara, lanjut Ryaas, menjadi indikator kesejahteraan ataupun keberhasilan program pemerintah meningkatkan kesejahteraan. "Pekerjaan paling rendah di Malaysia telah diserahkan ke orang-orang dari negara lain yang mereka impor. Sedangkan di Indonesia, pekerjaan paling rendah dari zaman Belanda hingga kini tetap saja sebagai buruh kebun," ungkap Ryaas yang juga sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Mantan Menteri Pertanian Kabinet Gotong Royong Bungaran Saragih menyatakan dalam acara tersebut ada baiknya Indonesia melihat sesuatu yang paling bisa dibanggakannya. "Pertanian di Indonesia memang masih jelek, namun itulah yang terbaik di republik ini," ungkapnya.
Ketika industri dan perbankan di Indonesia mengalami kemunduran, pertanian di Indonesia masih menunjukkan prestasinya. "Industri hancur, perbankan hancur, namun republik ini masih bisa menjadi pengekspor nomor satu kelapa sawit, karet, dan sebagainya ke China," tegasnya.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang memaknai kesejahteraan rakyat Indonesia dapat ditingkatkan bila koperasi-koperasi di Indonesia dikelola secara optimal. Ekonom dari Econit Hendri Saparini menyatakan persetujuannya bahwa kesejahteraan rakyat dalam konteks membangun republik ini terkait erat dengan kiprah koperasi. "Jangan malu untuk memajukan sistem koperasi di Indonesia. Koperasi memiliki bargaining position yang kuat terhadap industri pengolah bahan mentah," ujar Hendri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar