Portugal Terjangkit Krisis Utang, Saham Turun
Setelah Yunani, Portugal kini bermasalah dengan utang.
28 April 2010
VIVAnews - Indeks harga saham di bursa Wall Street kembali terperosok setelah para investor mendapat laporan bahwa krisis utang di Yunani kini menyebar ke sesama negara pengguna euro, Portugal. Situasi ini dipandang bisa mengancam pemulihan ekonomi global.
Berdasarkan transaksi Selasa sore waktu New York (Rabu dini hari WIB), indeks harga saham industri Wall Street turun 213,04 poin (1,9 persen) menjadi 10.991,99. Ini merupakan penurunan terbesar bagi Dow sejak indeks itu turun 268,37 poin pada 4 Februari lalu.
Indeks Standard & Poor's 500 melemah 28,34 poin (2,3 persen) menjadi 1.183,71. Begitu pula dengan indeks komposit Nasdaq, turun 51,48 poin (2 persen) menjadi 2.471,47.
Tanda-tanda menyebarnya krisis utang ke Portugal terlihat setelah lembaga pemeringkat Standard & Poor's menurunkan peringkat utang negara itu, dari A-plus jadi A-minus, setelah melakukan hal yang sama dengan Yunani beberapa waktu lalu. Sama dengan Yunani, Portugal bisa jadi memerlukan bantuan luar negeri.
Oleh Standard & Poor's, Yunani pun kembali mengalami penurunan peringkat ke level yang lebih rendah (junk rating).
Turunnya peringkat utang Portugal dan Yunani itu membuat kurs euro atas dolar melemah lebih dari 1,1 persen dan itu merupakan penurunan terbesar bagi euro dalam kurun waktu setahun. Di saat yang sama, harga emas dan obligasi Departemen Keuangan AS naik karena para investor memindahkan modal ke aset yang lebih aman.
"Itu merupakan reaksi yang otomatis [dari pasar]," kata Brian Peardon, pengamat dari Harrison Financial Group di Citrus Height, California. Dia menilai bahwa kendati ekonomi Yunani dan Portugal relatif kecil dibanding tetangga-tetangga mereka di Eropa, namun mereka berpotensi gagal bayar utang. Situasi ini akan turut membuat susah negara-negara lain yang membeli obligasi mereka dan kepercayaan pasar atas euro pun kian menurun.
"Ini merupakan ujian besar bagi euro," kata Quincy Krosby, pengamat dari Prudential Financial. Maka, Uni Eropa "perlu rumusan yang dapat diandalkan untuk menghadapi isu tersebut," lanjut Krosby.
Negara-negara yang bermasalah dengan utang juga kemungkinan kian sulit untuk membelanjakan anggaran dalam jumlah besar demi menstimulasi ekonomi domestik sekaligus membantu pemulihan ekonomi global. (Associated Press)
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar