3 September 2010.
VIVAnews - Di kalangan panggung bisnis dunia, nama Mukesh Ambani begitu populer. Dia adalah orang terkaya nomor lima terbesar dunia dengan total kekayaan US$29 miliar atau Rp261 triliun per Maret 2010 lalu.
Dia adalah pemilik Reliance Industries, konglomerat bisnis asal India yang bergerak di bidang petrokimia, pertambangan, pembangkit, serta minyak dan gas. Kini, kerajaan bisnis Ambani terus merangsek ke berbagai bidang.
Baru saja sehari, seperti dikutip The Economic Times India, Reliance Industries telah menambah pembelian 0,68 persen saham perhotelan EIH Ltd yang mengelola hotel terkemuka di India, yakni hotel Oberoi & Trident. Ini adalah kelanjutan dari langkahnya membeli 14,12 persen saham hotel mewah tersebut pada Senin lalu, 30 Agustus 2010.
Itu aksi terbaru kelompok bisnis Ambani di kampung halamannya. Di luar negaranya, baru-baru ini Reliance Industries melanjutkan debutnya di Indonesia. Di Indonesia, mereka memiliki rencana besar untuk menunjang kegiatan bisnisnya.
Eksekutif salah satu anak usahanya, Reliance Power Ltd India telah menemui Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres Jakarta pekan lalu. Dia adalah Chief Executive Officer (CEO) Reliance Power Ltd, Jayarama P Chalasani.
Dalam pemaparannya seusai pertemuan, Reliance akan berinvestasi membangun rel kereta api, pelabuhan dan pembangkit listrik di Sumatera. Total nilai investasi sekitar US$4-5 miliar atau setara Rp36-45 triliun.
"Reliance Power sudah bertemu dengan kami, mereka ingin membangun rel kereta api di Sumatera Selatan," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan. "Dananya sudah ada, tinggal perizinannya yang belum."
Reliance Power akan membangun rel kereta api sepanjang 230 kilometer dari Sumatera Selatan menuju Jambi. Dengan begitu, Sumatera akan memiliki tiga jalur kereta api, yaitu Trans Pacific Sumsel-Lampung, Tanjung Enim-Tanjung
Carat, dan Sumsel-Jambi.
Rel kereta tersebut akan digunakan sebagai lintasan guna mengangkut batu bara di tambang-tambang yang sudah dimiliki Reliance di Sumatera Selatan. Mereka memiliki sekitar 2-3 areal tambang batu bara, namun infrastruktur belum siap.
"Jadi, kalau angka US$5 miliar, itu masuk akal karena berambisi membangun rel kereta, pelabuhan dan pembangkit listrik."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar