Melemah, Rupiah Dekati 9.100
30 Juni 2010.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu (30/6/2010) pagi turun mendekati angka Rp 9.100 per dollar, setelah beberapa hari lalu melemah, akibat merosotnya perdagangan saham di Amerika Serikat dan Eropa.
"Perdagangan saham di Amerika Serikat dan Eropa yang cenderung melemah memberikan dampak negatif kepada pasar uang, khususnya rupiah yang merosot hingga mendekati angka Rp 9.100 per dollar AS," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Rabu.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 30 poin mencapai Rp 9.080-Rp 9.090 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.050-Rp 9.060 per dollar AS.
Rully Nova mengatakan, tekanan pasar terhadap rupiah saat ini makin besar, karena pelaku khawatir dengan pertumbuhan ekonomi global yang tak menentu. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali tertekan hingga mencapai Rp 9.100 per dollar AS, karena sentimen negatif pasar cenderung menguat," ucapnya.
Kondisi pasar yang negatif, lanjut dia kemungkinan masih dapat menekan rupiah menguat hingga mencapai angka Rp 9.100 per dollar AS. "Apalagi Bank Indoensia (BI) tidak menyetujui pergerakan rupiah berada di level Rp 9.000 per dollar, kalau bisa rupiah berada di atas Rp 9.100 per dollar," ujarnya.
Menurut dia, BI khawatir apabila rupiah di bawah Rp 9.000 per dollar, maka kemungkinan mata uang Indonesia itu akan terus menguat, karena pasarnya cenderung positif. "Apalagi investor asing berniat akan terus berinvestasi baru di pasar domestik, karena khawasan Asia diduga menjadi tumpuan perdagangan global, sementara Indonesia masih tetap merupakan pasar potensial," tambahnya.
Ribuan Anak Puncak Jaya Terlantar Sekolah
Mereka terlantar akibat banyaknya aksi teror penembakan dan pembunuhan di Tingginambut.
29 Juni 2010.
VIVAnews - Aksi teror penembakan dan pembunuhan yang kerap terjadi di Tingginambut, Puncak Jaya, Papua, selama dua tahun terakhir membuat ribuan anak-anak terlantar sekolah. Pasalnya, kelompok yang diduga separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka itu juga membakar sekolah-sekolah.
"Ribuan anak-anak warga saya saat ini tidak sekolah lagi, karena sejumlah sekolah di bakar oleh OPM," ujar Kepala Distrik Tingginambut Eranus Kogoya di Mulia, Puncak Jaya, Senin 28 Juni 2010.
Menurutnya, setelah membakar sekolah, kelompok yang dikenal bengis itu mengintimidasi warga untuk tidak bersekolah. Jika tidak dituruti, mereka tidak segan-segan membunuh atau menjarah kebun dan ternak warga. "Kalau sudah dintimidasi, warga saya tidak berdaya," ucapnya.
Kelompok pengacau itu juga kerap memeras setiap kendaraan yang melintas di Tingginambut, dengan meminta sejumlah kompensasi uang, pengendara baru bisa lewat. "Biasanya mereka merusak jembatan, dan baru memperbaikinya setelah yang melintas membayar uang minimal 30 juta," katanya.
Markas OPM pimpinan Goliat Tabuni tepat berada di Kampung Tinggineri Distrik Tingginambut. Anggota kelompok separatis itu sekitar 300 orang, dan masih terus mempengaruhi warga untuk bergabung. Saat ini mereka memiliki senjata api yang sebagian besar hasil rampasan.
Aparat keamanan kewalahan mengejar mereka, karena markas mereka berada di ketinggian dengan suku yang cukup ekstrem, bisa mencapai 8 derajat celcius. Mereka juga bergabung dengan warga, dan menjadikannya sebagai tameng jika berhadapan dengan aparat.
Jumlah penduduk Distrik Tingginambut saat ini sekitar 26 ribu warga. Terdiri dari 13,5 ribu wanita dan 12,5 ribu pria. Mereka hidup dengan berkebun dan beternak.
Ketika Bocah Perempuan Jadi Kuli Panggul...
28 Juni 2010.
DENPASAR.OkeZone.com - Dua gadis asal Kabupaten Karangasem siang itu tertawa renyah layaknya usia anak-anak umumnya namun dengan cekatan menjinjing mengangkat keranjang sebagai sumber periuk nasinya di atas kepala, guna menawarkan jasa angkat barang kepada warga yang berbelanja di Pasar Badung. Separuh lebih hari harinya dihabiskan di pasar untuk mendapat pundit-pundi rupiah tanpa mempedulikan kesehatan dan masa depannya kelak.
Di Pasar Badung dan Pasar Kumbasari, yang berlokasi di jalan Gajah Mada, Denpasar, terdapat profesi khas yang biasa digeluti para wanita Bali, yang lazim disebut Tukang Suun atau tukang jinjing atau angkat barang. Berbekal keranjang besar, yang ditaruh di atas kepalanya, mereka mampu mengangkat beban cukup berat hingga 30 kilogram dengan imbalan ongkos Rp5 sampai 10 ribu.
Hanya saja, profesi yang biasa digeluti wanita dewasa itu, ternyata tak sedikit dilakoni bocah-bocah ingusan dibawah usia 12 tahun. Mereka sehari harinya menghabiskan waktu di pasar berharap ada orang yang menyewa tenaganya. Seperti dua gadis Ketut Dewi (6) dan Ketut Syntia (7) yang kerap mangkal di Pasar Badung.
"Buk, Pak, Om, suun suun," demikian ucapan akrab para tukang suun tersebut. Jika melihat ada warga yang berbelanja, maka iapun setia mengikutinya sembari menawarkan jasa angkat barang. Biasanya ibu-ibu yang belanja cukup banyak memanfaatkan jasa mereka. Satu persatu barang belanja dimasukkan dalam keranjang yang dijinjing diatas kepala tukang suun, lalu diantarkan sampai tempat tujuan seperti di lokasi parkir kendaraan warga yang meminta jasanya.
Disela sela menunggu warga yang akan meminta jasanya, Dewi dengan wajah riang polos menceritakan kesehariannya mulai beraktifitas di pasar yang tidak pernah berhenti itu. "Saya bangun jam enam pagi terus ke pasar, pulang jam delapan malam," aku Dewi yang bekerja keras seperti itu sejak usia lima tahun.
Dewi bersama Ibunya yang sama sama sebagai tukang suun tinggal di rumah kos di sekitar Terminal Ubung berangkat kerja berjalan kaki ke pasar yang berjarak sekira 2 km. "Kadang ada yang kasih dua ribu, Rp 5 ribu, kalau ada yang kasihan diberi Rp10 ribu," katanya terus terang. Dalam sehari Dewi bisa mendapatkan uang hingga Rp30 ribu, namun semua hasil jerih payahnya itu diberikan kepada sang ibu.
Meski bekerja cukup berat, namun Dewi tetap menikmatinya meskipun terkadang ingin bersekolah seperti anak anak lain seusianya. "Ibu tidak kasih saya sekolah, katanya tidak ada biaya," ucapnya. Praktis sehari hari waktu Dewi dihabiskan di Pasar meskipun harus bergelut panas, dingin, terlebih dirinya tidak pernah memakai sandal sebagai alas kaki alias kaki telanjang.
Dewi mengaku tidak pernah libur bekerja, kecuali jika dirinya sakit maka iapun hanya tinggal di rumah kos orang tunya. "Kalau sakit ya ibu belikan obat di warung," terangnya. Dewi masih memiliki dua adik sementara ayahnya memilih tinggal di rumahnya di desa Tianyar Kecamatan Kubu, Karanasem, Bali.
Hal agak berbeda disampaikan Syntia, sebab ia mengaku tidak ingin sekolah seperti teman temamnya. "Saya ingin seperti ini aja jadi tukang suun," akunya polos. Dua bocah tersebut adalah potret kemiskinan di Bali dimana kedua orang tuanya cenderung mengeksplotasi tenaganya untuk pekerjaan kasar dan berat.
Dipihak lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bali bahkan telah mempresentasikan hasil risetnya terhadap gepeng dan pekerja anak yang menjadi tukang suun (buruh angkut) di Pasar Badung selama akhir 2009.
Sedikitnya terdapat 300 tukang suun dan gepeng anak yang beroperasi di Pasar Badung. Hanya 31 orang anak berusia 7-18 tahun yang berhasil diwawancara mendalam. Ratusan anak-anak ini bekerja dalam tiga shift selama 24 jam. “Sebanyak 95 persen tidak pernah sekolah, sisanya pernah sekolah kelas 1-2 SD saja,” ujar dr Sri Wahyuni, Ketua KPAID Bali dalam sebuah kesempatan kepada wartawan.
Mereka tinggal bersama saudara atau temannya di kos-kosan di sekitar Denpasar seperti di jalan Gunung Agung dan Ubung, namun kondisinya mengenaskan. “Mereka sewa satu kamar kecil berisi 3-5 orang, bercampur antara anak dan dewasa,” kata Sri Wahyuni. Pemerintah tidak bisa menjangkau mereka karena seluruh pekerja anak dan orang tuanya ini tak bisa mengakses program kesehatan gratis yakni Jaringan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) lantaran tak punya KTP dan kartu keluarga.
Biomasa Solusi Kebutuhan Energi Papua
28 Juni 2010.
JAYAPURA, KOMPAS.com - Energi biomasa bisa menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Papua terutama yang mendiami daerah terpencil yang belum mendapatkab jaringan listrik dari PLN.
Hal tersebut disampaikan Peneliti dari Laboratorium Inovasi dari Universitas Teknologi Eindhoven (TU/e), Belanda, Han van Kasteren di Jayapura, Senin (28/6/2010) menyikapi masih sulitnya masyarakat di Papua yang mendiami daerah teerpencil memperoleh pelayanan listrik untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Biomasa merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang berasal dari hasil buangan atau sisa-sisa dari produk pertanian, termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan, hasil hutan serta fraksi industri dan limbah rumah tangga.
"Sisa-sisa aktivitas organisme tersebut dapat diolah menjadi energi dalam bentuk biofuel, biogas, bioethanol, untuk dipakai dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sehari-hari," ujar Han.
Dia mengatakan potensi biomasa di Papua cukup besar karena memiliki sumber daya yang melimpah yang dapat diolah untuk menghasilkan energi.
Sumber daya biomasa tersebut diantaranya adalah buah jarak, bintangur, nipah kelapa, kelapa sawit, singkong bahkan sagu yang merupakan makanan lokal di Papua.
Selain itu, potensi hutan Papua yang cukup luas selain bisa dikembangkan untuk industri berbahan baku kayu, sisa atau limbah dari kegiatan pengolahan kayu tersebut juga dapat diolah sebagai sumber energi melalui berbagai reaksi kimia.
Sedangkan sumber daya biomasa dari hewan dapat diperoleh dari kotoran ternak seperti sapi dan kambing yang jumlahnya juga cukup banyak di Papua.
Dalam Peraturan Presiden No.5/2006 mengenai kebijakan energi nasional disebutkan, pada 2025 peran biofuel menjadi lebih dari lima persen dari total konsumsi energi nasional. Sama halnya dengan energi panas bumi, biomasa, nuklir, tenaga air skala kecil, tenaga surya dan angin.
Pemerintah Beri Tunjangan Guru Rp10,9 Triliun
Untuk guru yang belum mendapatkan tunjangan itu mendapat tambahan penghasilan Rp250 ribu.
25 Juni 2010.
VIVAnews - Pemerintah mengalokasikan tunjangan profesi guru pegawai negeri sipil daerah (PNSD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 sebesar Rp10,99 triliun.
Keputusan itu dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor: 117/PMK.07/2010 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran 2010.
Dalam Permenkeu itu dijelaskan bahwa tunjangan profesi diberikan kepada guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan untuk kuota 2006 hingga 2009.
Tunjangan profesi guru PNSD diberikan satu kali gaji pokok PNS yang bersangkutan sesuai ketentuan perundang-undangan, terhitung mulai 2010. Penyaluran tunjangan dilakukan secara semesteran (enam bulanan), yaitu semester pertama (Januari-Juni) dilakukan pada Juni 2010.
Sedangkan semester kedua (Juli-Desember) dilakukan pada November 2010. Tunjangan profesi guru PNSD tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Sementara itu, berdasarkan Permenkeu Nomor: 119/PMK.07/2010, khusus kepada guru PNSD yang belum mendapatkan tunjangan profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp250 ribu per orang per bulan, terhitung mulai 1 Januari 2010.
Dana tambahan penghasilan bagi guru PNSD disalurkan per enam bulanan (semesteran), yaitu semester pertama (Januari-Juni) dilakukan pada Juni dan semester kedua (Juli-Desember) dilakukan pada November 2010.
Namun, tambahan penghasilan guru PNSD ini tidak termasuk untuk bulan ke-13.
Pembayaran tunjangan profesi dan tambahan penghasilan kepada masing-masing guru PNSD paling lambat Juli 2010 untuk semester pertama dan Desember 2010 untuk semester kedua.
Pembayaran tunjangan dan tambahan penghasilan kepada masing-masing guru PNSD dikenakan pajak penghasilan pasal 21 dengan tarif 15 persen bersifat final sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
KONDISI JAKARTA. Sampai Lebaran Kuda, Tak Akan Disiplin
25 Juni 2010
JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Ulang Tahun Kota Jakarta memang telah berlalu. Namun, masukan dan kritikan masih terus dilayangkan. Momentum bertambahnya umur, diharapkan jadi kesempatan introspeksi dan melakukan perbaikan atas pembangunan yang terus berlangsung di Ibukota ini.
Pengamat Pembangunan, Laurel Heydir mengatakan, berbicara pembangunan Jakarta, tak hanya fisik tetapi juga non fisik. "Pertanyaannya, siapa yang bertanggungjawab terhadap kehidupan warga? Konstitusi mengatur, negara yang memelihara orang-orang telantar. Tetapi, Kehidupan orang telantar dirawat oleh warga sendiri," kata Laurel pada diskusi "Problematika Kota Jakarta", di Gedung DPD, Jakarta, Jumat (25/6/2010).
Menurutnya, yang berkuasa saat ini adalah para pemodal. "Mereka yang mengarahkan pembangunan di mana saja dan orang-orang kecil semakin tersingkir," ujarnya. Persoalan yang dihadapi Jakarta, lanjut Laurel, terkadang bukan persoalan alam, melainkan perbuatan manusia sendiri.
Wakil Gubernur Jakarta, Prijanto, yang juga hadir dalam diskusi tersebut menanggapi, berbagai persoalan yang muncul di Jakarta salah satunya karena ketidakdisiplinan para penghuninya.
"Selama kekeliruan yang terjadi dibela terus, sampai lebaran kuda, disiplin tidak akan terjadi di masyarat. Cari makan, ya cari makan jangan di perempatan. Dirikan rumah jangan di tanah orang. Selama masih ada yang membela tindakan seperti itu, susah," ujar Prijanto tentang berbagai kesemrawutan yang terjadi.
Ia mengharapkan, hak asasi manusia yang selalu didengungkan tak hanya berkaca pada diri sendiri. "Tapi lihat juga HAM orang lain," katanya.
1.000 Sarjana Nganggur Dapat Modal Usaha
PALEMBANG, KOMPAS.com — Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Selatan akan memberdayakan seribu sarjana yang masih menganggur dengan memberikan bantuan modal usaha.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Selatan Abdul Shobur di Palembang, Kamis (24/6/2010), menyatakan, program bantuan modal untuk para sarjana itu agar mereka bisa berusaha secara produktif dan tidak sampai menganggur.
Menurut dia, tujuan program itu agar para sarjana yang menganggur tersebut dapat berwirausaha untuk meningkatkan taraf hidup. "Mekanisme pemberian bantuan modal usaha itu dengan cara para sarjana tersebut mengajukan permohonan kepada Dinas Koperasi dan UKM," katanya.
Ia menyatakan, usulan permohonan atau proposal itu nantinya akan diproses dan selanjutnya diajukan kepada Kementerian Urusan Koperasi dan UKM. Diakui, sebenarnya pihak kementerian sudah meminta kepada Sumsel nama-nama sarjana yang mengajukan permohonan untuk dibantu. Namun, untuk itu pihaknya harus terlebih dahulu menyiapkan langkah-langkah, termasuk menyeleksi calon pemohon.
Besaran bantuan yang akan diberikan kepada sarjana itu beragam, disesuaikan dengan jenis usaha apa yang akan dikelola oleh mereka. "Besaran jumlahnya paling kecil Rp 1 juta sampai Rp 100 juta, jadi tidak sama sesuai dengan jenis usaha yang akan mereka jalani," katanya.
Shobur juga menyebutkan, di Sumsel terdapat 4.000 unit koperasi yang tersebar di kabupaten dan kota. Sebanyak 20 persen koperasi itu tidak aktif karena berbagai faktor, seperti tidak ada anggotanya dan tidak ada pengurusnya. Nanti, kata dia, akan dilihat permasalahan koperasi itu tidak aktif. Pihaknya akan berusaha mengaktifkan kembali koperasi tersebut.
Pertama Kali, Miliarder Asia Setara Eropa
Keluarga yang memiliki dana investasi US$1 juta di Asia Pasifik berjumlah 3 juta keluarga.
23 Juni 2010.
VIVAnews - Untuk pertama kalinya, jumlah miliarder asal Asia-Pasifik setara dengan Eropa sebagai imbas dari proses pemulihan ekonomi global. Temuan itu dilaporkan oleh Capgemini SA dan Merrill Lynch & Co dalam studi yang berjudul "Laporan Kemakmuran Dunia Tahunan ke-14" yang dipublikasikan 22 Juni 2010.
Laporan itu menyebutkan setidaknya jumlah individu atau keluarga yang memiliki dana investasi US$1 juta di Asia Pasifik meningkat 26 persen menjadi 3 juta keluarga pada 2009. Ini setara dengan Eropa dan hampir sama dengan Amerika Utara sebanyak 3,1 juta orang.
"Asia-Pasifik adalah satu-satunya wilayah di mana makroekonomi dan kekuatan pasar telah mendorong jumlah orang kaya meningkat signifikan," demikian pernyataan pers Bertrand Lavayssiere, Direktur Pelaksana Capgemini.
Para jutawan di Asia Pasifik--wilayah yang dihuni oleh 60 persen penduduk dunia dengan dua negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia--telah mendongkrak jumlah harta di wilayah ini menjadi US$9,7 triliun.
Indeks MSCI Asia-Pacific mencatat keuntungan tahunan terbesar dalam enam tahun ini didorong oleh stimulus belanja pemerintah China yang menghidupkan pertumbuhan ekonomi.
Barclays Plc, Morgan Stanley dan UBS AG bergegas ekspansi ke Asia-Pasifik guna membidik orang-orang kaya dari Indonesia yang menginvestasikan duitnya ke China.
"Kawasan ini memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat, menciptakan orang kaya terbanyak dan banyak pemain dunia berbondong-bondong datang ke sini," ujar Charles Mak, kepala Morgan Stanley seperti ditulis Bloomberg.
Di seluruh dunia, kekayaan para jutawan meningkat 19 persen menjadi US$39 triliun setelah merosot tajam hingga lebih dari 19 persen pada 2008 menyusul krisis finansial yang berimbas pada pasar modal. Jumlah jutawan dunia pada 2009 melonjak menjadi 10 juta keluarga dari tahun sebelumnya 8,6 juta keluarga.
Nilai kekayaan jutawan di Amerika Utara naik 18 persen pada 2009 menjadi US$10,7 triliun. AS tercatat memiliki 2,87 juta miliarder, diikuti 1,65 juta orang di Jepang dan 861 ribu di Jerman. Tiga negara menyumbang 53,5 persen dari total miliarder di dunia pada tahun 2009. Jumlah jutawan di Hong Kong melonjak 104 persen dan di India, 51 persen menjadi 126.700.
Pemerintah Waspadai Dampak Kenaikan Listrik
Efek ini perlu dijaga karena akan berpotensi memicu inflasi.
22 Juni 2010.
VIVAnews - Menjelang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli 2010 mendatang, pemerintah mewaspadai efek 'ikutan'' kenaikan TDL. Efek ini perlu dijaga karena akan berpotensi memicu inflasi.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menuturkan, pemerintah sudah menghitung bahwa dari sisi biaya produksi, naiknya TDL untuk industri bebannya tidak terlalu tinggi.
"Listrik itu rata-rata cost ke produksi untuk industri hanya enam persen, sehingga kalau naik 10 persen, efeknya hanya 0,6 persen terhadap kenaikan harga produk," ujar Hatta di Kantor Menko Perekonomian, Senin malam 21 Juni 2010.
Efek ikutan adalah, menurut Hatta, sumbangan kenaikan harga yang menyebabkan harga-harga ikut naik akibat faktor psikologis. Pemerintah tidak ingin efek ikutan ini membesar, karena akibatnya daya beli masyarakat akan tergerus.
"Itu yang harus diwaspadai, jangan sampai ada proses ikutan," kata Hatta.
Potensi PLTA Belum Dimanfaatkan
Potensi sumber daya air itu sulit dimanfaatkan karena membutuhkan biaya mahal.
17 Juni 2010
VIVAnews - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan potensi listrik yang berasal dari sumber daya air di Indonesia mencapai 70 ribu megawatt. Namun, dari 70 ribu megawatt itu hanya 8 persen yang dimanfaatkan.
“Masalah listrik itu kewenangan Kementerian Energi dan PLN,” kata Djoko Kirmanto kepada wartawan di Hotel Savoy Homman, Bandung, Rabu 16 Juni 2010.
Ia menjelaskan, potensi sumber daya air itu sulit dimanfaatkan. Kendalanya, untuk mengubah potensi air menjadi listrik membutuhkan biaya yang tinggi. Pembangunan waduk dan relokasi penduduk juga kerap menjadi masalah. “Ini harus kita atasi,” ujarnya.
Saat ini Indonesia hanya mempunyai sekitar 200 bendungan besar yang dimanfaatkan sebagai listrik. Jumlah itu, menurut dia, masih kalah dengan jumlah bendungan di Amerika Serikat dan China yang masing-masing mempunyai 5.000 dan 20 ribu bendungan.(np)
SBY Bidik Pengusaha Turki Investasi di RI
Turki tertarik di bidang infrastruktur, pertambangan, pertanian, pelabuhan dan bandara.
16 Juni 2010
VIVAnews- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan pertemuan bisnis dengan pengusaha Turki dalam lawatannya ke beberapa negara akhir Juni. Investasi Turki ke Indonesia dirasa masih kecil yaitu hanya US$150 juta.
Menurut Kepala BKPM Gita Wirjawan, Turki tertarik di bidang infrastruktur, pertambangan, pertanian, pelabuhan dan airport. Turki tertarik berinvestasi karena memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia seperti budaya, agama.
Ketertarikan Turki, sudah disampaikan dalam bisnis forum yang bakal diadakan BKPM. Sekitar 800 pengusaha Turki yang komit untuk hadir.
"Dalam 2-3 bulan terakhir, Turki sudah mengirimkan hampir 90 pengusaha," ujarnya seusai rapat dengan Yudhoyono di lingkungan istana kepresidenan Jakarta Rabu 16 Juni 2010.
Yudhoyono melakukan kunjungan ke Turki pada ahir Juni. Dalam kunjungan itu, SBY juga dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pengusaha Turki. Dengan penjajakan ini diharapkan investasi Indonesia bisa terdongkrak.
Menurut Juru bicara presiden Julian Aldrin Pasha, Yudhoyono melakukan kunjungan kerja ke Toronto Kanada pada 24-27 Juni mengikuti pertemuan G 20, yang dilanjutkan dengan ke Turki dan ke Arab Saudi.
Abramovich, Miliarder "Penguasa Bola" Dunia
Dalam usia yang masih relatif muda, 44 tahun, ia memiliki kekayaan US$11,2 miliar.
15 Juni 2010.
VIVAnews - Di tengah perhelatan akbar Piala Dunia 2010, seorang taipan dunia sedang melakukan lobi intensif kepada pejabat FIFA di Johannesburg, Afrika Selatan.
Taipan tersebut, Roman Abramovich menemui petinggi organisasi sepak bola internasional itu guna mendorong Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.
Bahkan, bersama kapten kesebelasan Rusia, Andrey Arshavin, pada Kamis lalu, secara resmi ia mulai mengkampanyekan ambisi Rusia tersebut.
Rusia akan bertarung dengan sembilan calon tuan rumah Piala Dunia untuk tahun 2018 dan 2022. Jika lobi dan kampanye Abramovich berhasil, maka Rusia berpeluang dipilih sebagai tuan rumah dalam penentuan oleh 24 anggota Komite Eksekutif FIFA pada Desember mendatang.
Lantas siapa sesungguhnya Roman Abramovich, pelaku bisnis yang justru sangat getol memperjuangkan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia delapan tahun lagi?
Abramovich dikenal sebagai miliarder Rusia. Pada Maret 2010, majalah ternama Forbes menempatkannya dalam peringkat 50 dari 1000 orang terkaya dunia. Dalam usia yang masih relatif muda, 44 tahun, ia memiliki kekayaan US$11,2 miliar atau Rp103 triliun.
Aksi mengejutkan dilakukan Abramovich pada 2003. Saat itu, ia membeli klub sepak bola ternama di Inggris Chelsea. Akuisisi ini telah mengubah strategi pemasaran dalam "permainan" jual beli pemain.
Dengan kekayaannya yang luar biasa, dia punya kemampuan untuk menawarkan gaji besar kepada pemain agar bergabung dengan klub yang dibidaninya. Akibatnya, tim lain harus memasang tawaran tinggi untuk menahan pemain mereka.
Dia memiliki perusahaan investasi Millhouse Capital dan menjabat sebagai Gubernur di Chokotka di Rusia. Namun, ia juga bertempat tinggal di London Barat. Bahkan, di kalangan warga Britania, ia dikenal sebagai orang terkaya kedua di negeri itu.
Meskipun dikenal sebagai orang berpengaruh di bola, minyak dan politik, Abramovich merupakan sosok yang jarang melontarkan pernyatan ke publik, baik soal hidup dan pekerjaannya.
Abramovich lahir di pada 24 Oktober pada 1966 dari keluarga yahudi di Lithuania. Ibunya, Irina Ostrowski Abramovich meninggal saat Roman berusia 2 tahun. Ayahnya tewas dalam kecelakaan di konstruksi pada dua tahun kemudian.
Karena itu, Roman dibesarkan oleh kakek-neneknya di kampung halaman di Lithuania. Roman bersekolah di Institut Industri di Ukhta sebelum tentara Soviet merekrutnya sebagai prajurit. Setelah kembali dari tentara, Abramovich sempat bersekolah di Institut Transportasi Negara di Moskow sebelum meninggalkan dunia akademis untuk selamanya.
Ketika Mikhail Gorbachev mengizinkan pengembangan usaha kecil di Rusia pasca berakhirnya komunis pada akhir 1980-an, Roman Abramovich mulai menjual bebek plastik dari apartemen kecilnya di Moskow.
Beberapa tahun kemudian, Abramovich berinvestasi di bisnis lainnya. Antara 1992 hingga 1995, Abramovich menciptakan perusahaan yang bertindak sebagai perantara, hingga memusatkan perhatian pada trading minyak. Pada masa ini, dia mulai terlibat dalam serangkaian transaksi minyak kontroversial.
Pada 1995, ia bermitra dengan Boris Berezovsky membeli saham pengendali perusahaan raksasa minyak Sibneft senilai US$100 juta. Pada saat itu, nilai perusahaan sekitar US$150 juta, namun nilainya melompat tak lama setelah diakuisisi. Bahkan, banyak orang Rusia terkaget-kaget dan mempertanyakan taksiran harga sebelum saham dijual.
Pada 2005, ia untung besar. Ia menjual 73 persen saham di Sibneft kepada perusahaan gas raksasa Gazprom senilai US$ 13 miliar.
Di luar kegiatan bisnis, Abramovich mulai banyak aktif di kegiatan sosial pada 1999 di Chukotka, daerah dingin yang miskin di kawasan Siberia, Rusia. Abramovich membantu anak-anak dan mendirikan yayasan amal untuk membantu rakyat Okrug.
Pada Desember 2000, Abramovich terpilih sebagai Gubernur di wilayah ini setelah menginvestasikan duit jutaan pound untuk membangun pendidikan, rumah sakit, dan perguruan tinggi.
Abramovich dianggap berjasa dalam membuka kesempatan kerja, mendorong pertumbuhan dan akses pendidikan bagi penduduk setempat. Abramovich terpilih kembali sebagai gubernur pada 2005 untuk periode selanjutnya.
Sumber: AP I Forbes I Woopidoo.com
HIPMI: Ekonomi RI Bisa Tumbuh Lebih Tinggi
11 Juni 2010
VIVAnews - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) siap mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah pengusaha secara nasional dan mendorong peran serta swasta dalam kegiatan ekonomi.
Ketua Umum HIPMI, Erwin Aksa, dalam siaran pers peringatan Ulang Tahun ke-38 organisasi pengusaha muda di HIPMI Center, Gedung Palma One, Jakarta, Kamis 10 Juni 2010 mengatakan, tak hanya menuntut pemerintah, sektor swasta pun harus mengambil inisiatif dan langkah-langkah inovatif untuk mendorong pertumbuhan.
“Pemerintah hanya menstimulan melalui anggaran dan kebijakan, tetapi perekonomian harus digulirkan lebih kencang oleh masyarakat atau swasta," kata Erwin.
Erwin mengatakan, dengan segala potensi yang cukup besar, seharusnya Indonesia tidak mematok pertumbuhan yang konservatif. Indonesia bisa tumbuh lebih kencang lagi.
HIPMI memiliki tanggung jawab untuk mendorong kewirausahaan dan penciptaan pengusaha-pengusaha baru agar tercipta permintaan yang signifikan.
"Kami juga berterima kasih kepada pemerintah yang selalu tanggap atas berbagai masukan dan harapan masyarakat yang disuarakan lewat HIPMI," ujar Erwin.
Dengan Bawang Goreng Raup Ratusan Juta
8 Juni 2010.
KOMPAS.COM. Kalau saja Winiar Ratana Kamdanu (35) tak mendengar petuah teman-teman dan kerabatnya waktu itu, tentu saat ini dia bukanlah pengusaha bawang goreng yang cukup sukses. Hidup dalam lingkungan dan keluarga besar yang umumnya birokrat sempat membuat ibu tiga anak ini berminat juga menjadi pegawai negeri sipil.
Namun, keinginan memiliki usaha sendiri membuatnya urung meneruskan minatnya itu. Terlebih keluarga dan kerabat juga mendukung agar dia tidak jadi PNS seperti profesi yang dipilih sebagian besar keluarganya.
"Akhirnya saya diskusi dengan suami untuk mencari tahu usaha apa yang bisa dilakukan, yang modalnya tidak besar dan bisa melibatkan orang lain sebagai pekerja. Pilihan akhirnya jatuh pada usaha bawang goreng. Pilihan ini diambil karena di samping Palu memang sudah terkenal dengan oleh-oleh khas bawang goreng, juga modalnya tidak terlalu besar dan lebih mudah kerjanya," kata Winiar.
Sadar tidak punya pengalaman menekuni usaha sendiri, Winiar mendaftar ke Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Perindagkop) Kota Palu untuk diikutkan dalam program binaan bersama orang-orang lain yang juga berminat membuka usaha.
Dari beberapa kelompok dan orang yang menjadi binaan Dinas Perindagkop Kota Palu, usaha Winiar tetap eksis. Bahkan, melihat kesuksesan usahanya, dia diminta membina kelompok usaha lain dan berhimpun dalam sebuah koperasi yang didirikan bersama.
Koperasi yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga ini memiliki berbagai usaha, di antaranya makanan dan camilan kemasan khas Palu.
Berbekal pendidikan dan latihan dari Dinas Perindagkop, Winiar memberanikan diri menjalankan usahanya. Awalnya, dia mencoba-coba dengan membeli 100 kg bawang mentah yang saat itu harganya Rp 7.000- Rp 9.000 per kg. Dibantu lima kerabat dan tetangga, Winiar mengolah bawang ini menjadi bawang goreng renyah dalam kemasan dan siap jual.
"Saat mau dipasarkan, saya bingung mencari nama. Pikiran saya saat itu bagaimana menggunakan nama yang mudah diingat, masih berbahasa Kaili (bahasa daerah etnis Kaili di Sulteng), sekaligus punya nilai jual. Akhirnya saya memilih madika. Enak didengar, mudah diingat, dan ini bahasa Kaili. Maka, saya cetak di kertas sederhana dan ditempelkan dalam kemasan bawang," katanya sembari menjelaskan Madika berarti ningrat, bangsawan, atau sebutan untuk raja dan bangsawan.
Tidak berkecil hati
Bersaing dengan usaha sejenis yang sudah lebih dulu ada tak membuat Winiar kecil hati. Berbekal relasi, dia melakukan promosi dari mulut ke mulut. Tidak sedikit pameran yang dia ikuti ke sejumlah kota hanya untuk mempromosikan bawang gorengnya dan memperluas jaringan serta pembeli.
Usahanya tak sia-sia. Sejak memulai tahun 2004, hingga kini usahanya tetap jalan. Kalau pada awalnya dia hanya mempekerjakan lima orang, saat ini sudah ada 20 orang yang bekerja secara tetap, tidak termasuk puluhan pekerja lain yang dipanggil bila pesanan banyak.
Pekerja ini, baik yang tetap maupun yang tidak tetap, umumnya adalah ibu rumah tangga yang awalnya tidak punya penghasilan. Kalau awalnya bawang goreng hanya diolah di sebuah dapur kecil di belakang rumah, saat ini Winiar sudah punya dapur besar.
Sebuah ruko dua lantai juga dibeli untuk jadi ruang pajang dan tempat menjual produknya. Bawang goreng yang diolah juga besar jumlahnya. Kalau awalnya hanya 100 kg per bulan, saat ini sudah 2 ton per bulan.
Omzetnya saat ini berkisar Rp 100 juta per bulan. Ini dengan hitung-hitungan 1 ton bawang mentah menghasilkan 350 kg bawang goreng. Dengan harga bawang goreng Rp 150.000 per kg, berarti dari 2 ton hasilnya Rp 105 juta.
Adapun pembelinya yang sebelumnya hanya orang dekat, keluarga, atau yang kebetulan berkunjung ke Palu saat ini sudah banyak pelanggan tetap yang bermukim di kota lain.
Tidak sedikit pelanggan lamanya yang ikut menjual produk Winiar. Bahkan, pelanggannya yang bermukim di luar negeri pun tetap memesan dalam jumlah banyak setiap kali pulang ke Tanah Air.
"Setiap kali pulang ke Indonesia, mereka menelepon minta dikirimkan dalam jumlah banyak. Yang saya tahu ada yang dibawa ke Kanada, Korea, dan beberapa negara lain," katanya.
Menjalani usaha bawang goreng bukan berarti Winiar tak mengalami jatuh bangun. Serangan hama bawang yang parah tahun 2007, yang membuat panen bawang gagal dan menyebabkan banyak pengusaha bawang beralih ke usaha lain atau gulung tikar, tak membuat Winiar kehilangan semangat.
Bahkan, Winiar juga tak patah arang dengan pengalaman beberapa kali mengalami kerugian karena ditipu. "Beberapa kali saya dibawakan bawang yang bercampur. Kami sudah kerjakan sehari semalam, kupas, goreng, pas pagi hari mau dikemas bawangnya sudah lembek dan berminyak. Terpaksa tak jadi dijual dan rugi," ujar Winiar.
Tak jarang pemasok bawang membawa bawang yang jumlahnya tidak sesuai dengan yang dibayar. Pengalaman lain adalah tatkala permintaan besar dan bahan baku kurang yang akhirnya membuat harga jual bawang tinggi.
Namun, pengalaman demi pengalaman ini tidak membuatnya patah semangat. Hal itu justru membuat Winiar kian ingin mengetahui lebih jauh seluk-beluk bawang. Dia pun terjun langsung ke petani bawang yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten Sigi.
Menghidupkan koperasi
Bertemu langsung petani dan mengetahui sedikit demi sedikit soal bawang membuat Winiar melakukan pendekatan dan pembinaan pada kelompok-kelompok tani. Dia juga melakukan pendekatan dan membangun hubungan dengan petugas penyuluh lapangan.
Dalam hal pembelian, terutama pada masa-masa permintaan kurang, Winiar juga mengatur jadwal bergilir di setiap kelompok tani agar ada pemerataan. Panen bawang setiap dua bulan memungkinkan Winiar melakukan ini dan tidak membuat petani menunggu lama.
Saat ini, dengan apa yang sudah diraihnya, Winiar tidak lagi terlalu berkeinginan muluk untuk lebih memperbesar usahanya. Sebaliknya, bersama ibu- ibu lainnya, Winiar membantu menghidupkan koperasi Beringin Jaya yang dibentuk atas saran Dinas Perindagkop Kota Palu.
Produksi ibu-ibu rumah tangga, seperti abon ikan, daging, berbagai camilan, dan oleh-oleh khas Palu lainnya, ikut dipasarkan bersama bawang goreng Madika di ruko milik Winiar.
"Tidak ada masalah dengan itu. Toh, pada awalnya membangun usaha, salah satu tujuannya juga memberdayakan orang lain. Kalau di usaha bawang sudah cukup menampung pekerja, apa salahnya ikut membantu mengembangkan usaha ibu-ibu lain. Kan, ini juga bagian dari pemberdayaan,” katanya.
Pabrik Pupuk Petroganik Pertama di Indonesia Beroperasi
Bekasi (ANTARA) - Pabrik pupuk petroganik pertama di Indonesia yang dikelola PD Mitra Patriot Kota Bekasi beroperasi dengan kapasitas maksimum 40 ton per hari.
Direktur Utama PD Mitra Patriot Machmud Bermawi di Bekasi, Minggu, mengatakan, pupuk yang dibuat dengan bahan baku bokashi kotoran ayam/sapi 34 persen, kapur pertanian 15 persen, mixtro satu persen dan sisanya kompos tersebut kini siap dipasarkan untuk petani di Indonesia.
Dalam memproduksi pupuk tersebut, perusahaan bekerja sama operasi dengan PT Simpang Dua Jaya, asosiasi pengumpul sampah, sementara seluruh produksi ditampung PT Petrokimia Gresik.
Ia mengatakan kualitas pupuk organik tersebut sangat baik karena diolah dengan cara yang tepat dan telah melalui tahap uji coba.
Dalam proses pembuatannya pupuk dicampur menggunakan mixer, kemudian dilakukan proses granulasi dan dikeringkan paa mesin rotary dryer. Hasil proses didinginkan dan dilakukan pengayakan pada ukuran 2-5 mm.
"Pupuk selanjutnya dikemas dalam karung ukuran 40 kg dengan kode P-170. Pada kemasan tertulis pemasaran dalam pengawasan artinya pupuk tersebut disubsidi pemerintah dan dipasarkan terbatas," ujarnya.
Direktur Produksi PD Mitra Patriot Abdul Hadi mengatakan, investasi untuk membangun pabrik dan mesin mencapai Rp3,7 Miliar.
Pihak Petrokimia Gresik membeli pupuk alami tersebut seharga Rp1.130/kg. Selama 2010 produksi diharapkan bisa mencapai 9 juta kg.
"Dengan harga pembelian sebesar Rp1.130/kg, kami mendapatkan margin keuntungan memadai yang akan menjadi sumber PAD," ujarnya.
Bahan baku sampah yang dihasilkan dari 12 pasar tradisional di Kota Bekasi mencapai 12 ton per hari ditambah sampah rumah tangga sehingga bahan baku dari sampah tersedia cukup meski mesin berproduksi maksimal.
Ia mengatakan, sampah dari rumah tangga dan pasar dipisahkan menjadi dua bagian yaitu organik dan nonorganik. Sampah organik dicacah dan dikemas untuk difermentasi selama 21 hari, selanjutnya dikeringkan dan di cruiser.
"Kami membeli sampah yang sudah dicacah dari asosiasi sebesar Rp50/kg dan sampah organik yang sudah diolah hingga membentuk tepung Rp400/kg. Sampah itulah yang menjadi bahan baku utama pupuk petrokimia tersebut," ujarnya.
Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhamad Hatta ketika meninjau pabrik tersebut menyatakan, terobosan yang dilakukan PD Mitra Patriot memanfaatkan sampah menjadi pupuk organik patut diberikan apresiasi.
Ia mengatakan, pupuk organik dibutuhkan untuk menghasilkan produk makanan organik yang kini makin diminati masyarakat. Selain itu media tanam berupa tanah juga tidak akan baik bila terus menerus dijejali pupuk kimia.
Yang membanggakan, menurut Menteri, pabrik pupuk tersebut juga mengubah citra sampah yang kotor, berbau dan mencemari lingkungan menjadi sesuati yang bernilai ekonomis. "Saya gembira dengan beroperasinya pabrik pupuk petroganik tersebut apalagi keberadaannya mampu menyerap banyak tenaga kerja warga sekitar," ujar Menteri.
Pakar: Ekonomi Indonesia Tumbuh 6 Persen Pada 2010
Jakarta (ANTARA) - Perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh sekitar enam persen pada 2010, lalu mencapai sekitar tujuh persen pada tahun-tahun berikutnya, kata CEO Oxford Economics, Adrian Cooper, dalam pernyataannya yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.
Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi berbagai negara, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat sangat mengesankan, kata Adrian dalam lokakarya ekonomi yang dihadiri antara lain oleh para pakar dari Paramadina Public Policy Institute (PPPI) dan Oxford Economics, sebuah "think-tank" yang merupakan afiliasi dari Oxford University, Inggris.
Adrian menyatakan bahwa kendati Eropa saat ini sedang mengalami kendala yang cukup serius, ia yakin bahwa kondisi terburuk sebenarnya sudah lewat dan perbaikan ekonomi sedang terjadi.
"Krisis Yunani hanya akan memperlambat proses `recovery` yang saat ini sedang berlangsung di kawasan Eropa," katanya seraya menambahkan krisis Yunani tersebut tidak akan terlalu berpengaruh, terutama diakibatkan begitu kuatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Kendati begitu, menurut Oxford Economics, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju hingga 2011 belum akan melampaui pertumbuhan sebelum krisis ekonomi 2008.
Sebelum lokakarya di kampus pascasarjana Universitas Paramadina di Jakarta, Kamis (3/6), PPPI dan Oxford Economics menandatangani nota kesepakatan (MOU) kerja sama guna menyusun berbagai rekomendasi kebijakan publik bagi pemerintah Indonesia, serta melakukan berbagai riset bersama dan pertukaran ahli (expert).
Sementara itu, Managing Director PPPI Wijayanto menyampaikan bahwa tantangan utama berbagai negara berkembang termasuk Indonesia adalah bagaimana menyusun kebijakan publik yang mampu mengoptimalkan potensi bangsa.
Terlepas dari berbagai disharmoni kebijakan publik yang ada, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5-6 persen pertahun. Ketika aspek kebijakan serta pelaksanaanya diperbaiki, pertumbuhan mendekati dua digit bukanlah hal yang mustahil, kata Wijayanto.
"Yang menjadi tantangan adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengingat peran komoditas yang berasal dari sumber daya alam yang cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir," katanya.
Paralel dengan kedua pakar ekonomi tersebut, ekonom senior Bank Dunia, Sjamsu Rahardja, menyatakan bahwa pasca krisis finansial global dan di tengah ancaman ketidakstabilan perekonomian dunia akibat krisis fiskal di Eropa, perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren penguatan yang solid.
"Namun perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur, dan reformasi institusi harus dipercepat untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja," kata Sjamsu yang juga dosen program pasca sarjana Paramadina dan salah satu pendiri PPPI.
Pengusaha UKM Tolak Kenaikan TDL dan Gas
JAKARTA, KOMPAS.com - Industri kecil dan UKM menolak rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan kenaikan harga gas 12 kilogram karena akan berimbas pada kelangsungan hidup usaha mereka. Jika bulan Mei 2010 lalu tak kurang dari 28 asosiasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Asosiasi Nasional (KAN) menyatakan penolakannya, kini jumlahnya bertambah menjadi sekitar 40 asosiasi.
Koordinator Forum Komunikasi Asosiasi Nasional (KAN), Franky Sibarani menegaskan, kalangan asosiasi menolak tegas rencana kenaikan TDL dan gas karena imbasnya akan merugikan kalangan industri. "Kami menolak kenaikan TDL dan gas karena dampaknya sanat besar, tidak hanya bagi industri besar tapi juga UKM dan pelaku usaha kecil," ujar Franky saat Konferensi Pers, Rabu (2/6/2010).
Ia mengatakan, 5 Mei 2010 silam forum KAN sudah mengirimkan surat kepada pemerintah mengenai penolakan ini. Sayangnya, hingga saat ini pemerintah belum memutuskan mengenai besaran kenaikan TDL ini.
"Dalam satu sampai dua hari ini pemerintah akan memutuskan TDL akan dinaikkan atau tidak. Kami konsisten untuk menolak kenaikan ini agar pemerintah tahu dampak dari kebijakan ini sangat besar bagi industri," ujar Franky.
Dalam konferensi pers ini hadir pula beberapa perwakilan dari asosiasi pengusaha kecil seperti paguyuban pedagang mie ayam dan paguyuban pedagang martabak, dan asosiasi pengusaha bakery.
Siapa "Meminum" BBM Subsidi Paling Banyak?
Pada triwulan II tahun ini, pemerintah berharap bisa menetapkan putusan pembatasan BBM.
2 Juni 2010
VIVAnews - Pemerintah berniat mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) menyusul lonjakan konsumsi sehingga melebihi kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010.
Pemerintah setidaknya sudah mewacanakan untuk membatasi penggunaan bensin premium. "Kalau untuk solar masih belum ada rencana pembatasan, kami konsentrasi ke premium dulu," kata Dirjen Migas, Evita Legowo di Jakarta, 1 Juni 2010.
Dia mengingatkan seperti halnya bensin premium, ke depan pembatasan solar bersubsidi juga akan dilakukan untuk golongan tertentu. Sebab, pemerintah dibatasi pada kuota konsumsi yang disepakati bersama DPR.
Kuota konsumsi BBM bersubsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010 ditetapkan sebesar 36,5 juta kiloliter (KL). Jika pemerintah tidak membatasi, konsumsi BBM bisa membengkak menjadi 40,5 juta KL sepanjang 2010 yang berakibat pada meningkatnya defisit APBN.
Karena itu, pada triwulan II tahun ini, pemerintah berharap bisa menetapkan putusan seperti apa pembatasan konsumsi yang akan diambil.
Menurut data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dua jenis BBM bersubsidi paling banyak digunakan adalah solar dan premium.
Untuk jenis premium, konsumsi tahun ini diperkirakan mencapai 21,3 juta kiloliter. Perinciannya, sektor transportasi meminum premium bersubsidi paling besar 20,6 juta kiloliter, non transportasi 500 ribu kiloliter, industri 45 ribu kiloliter, serta kebutuhan TNI dan Polri 110 ribu kiloliter.
Begitupun untuk konsumsi solar, yang jika tidak dibatasi tahun ini, diperkirakan bisa mencapai 29,7 juta kiloliter. Pemakai solar tertinggi juga sektor transportasi sebesar 12,5 juta kiloliter. Lalu diikuti industri 8,4 juta kiloliter, pembangkit listrik 7,9 juta kiloliter dan untuk TNI Polri 220 ribu kiloliter.