4 Juni 2010.
Jakarta (ANTARA) - Perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh sekitar enam persen pada 2010, lalu mencapai sekitar tujuh persen pada tahun-tahun berikutnya, kata CEO Oxford Economics, Adrian Cooper, dalam pernyataannya yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.
Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi berbagai negara, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat sangat mengesankan, kata Adrian dalam lokakarya ekonomi yang dihadiri antara lain oleh para pakar dari Paramadina Public Policy Institute (PPPI) dan Oxford Economics, sebuah "think-tank" yang merupakan afiliasi dari Oxford University, Inggris.
Adrian menyatakan bahwa kendati Eropa saat ini sedang mengalami kendala yang cukup serius, ia yakin bahwa kondisi terburuk sebenarnya sudah lewat dan perbaikan ekonomi sedang terjadi.
"Krisis Yunani hanya akan memperlambat proses `recovery` yang saat ini sedang berlangsung di kawasan Eropa," katanya seraya menambahkan krisis Yunani tersebut tidak akan terlalu berpengaruh, terutama diakibatkan begitu kuatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Kendati begitu, menurut Oxford Economics, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju hingga 2011 belum akan melampaui pertumbuhan sebelum krisis ekonomi 2008.
Sebelum lokakarya di kampus pascasarjana Universitas Paramadina di Jakarta, Kamis (3/6), PPPI dan Oxford Economics menandatangani nota kesepakatan (MOU) kerja sama guna menyusun berbagai rekomendasi kebijakan publik bagi pemerintah Indonesia, serta melakukan berbagai riset bersama dan pertukaran ahli (expert).
Sementara itu, Managing Director PPPI Wijayanto menyampaikan bahwa tantangan utama berbagai negara berkembang termasuk Indonesia adalah bagaimana menyusun kebijakan publik yang mampu mengoptimalkan potensi bangsa.
Terlepas dari berbagai disharmoni kebijakan publik yang ada, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5-6 persen pertahun. Ketika aspek kebijakan serta pelaksanaanya diperbaiki, pertumbuhan mendekati dua digit bukanlah hal yang mustahil, kata Wijayanto.
"Yang menjadi tantangan adalah bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengingat peran komoditas yang berasal dari sumber daya alam yang cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir," katanya.
Paralel dengan kedua pakar ekonomi tersebut, ekonom senior Bank Dunia, Sjamsu Rahardja, menyatakan bahwa pasca krisis finansial global dan di tengah ancaman ketidakstabilan perekonomian dunia akibat krisis fiskal di Eropa, perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren penguatan yang solid.
"Namun perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur, dan reformasi institusi harus dipercepat untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja," kata Sjamsu yang juga dosen program pasca sarjana Paramadina dan salah satu pendiri PPPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar