home

Benarkah Jumlah Warga Miskin Turun?

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan jumlah warga miskin di Indonesia turun. Benarkah?

6 September 2010.

VIVAnews - Kemiskinan adalah salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara mana pun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan akurat, dan tepat sasaran.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam hasil survei yang dipublikasikan baru-baru ini menyatakan, data kemiskinan yang baik dapat digunakan mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya dapat menjadi instrumen tepat bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan taraf hidup warga miskin.

BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan tahun lalu, pada Maret 2009, penduduk miskin berjumlah 32,53 juta orang (14,15 persen). Artinya jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta orang.

Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Revrisond Baswir meragukan angka itu. Bagi Revrisond, meski angka kemiskinan cenderung berkurang, masyarakat berada tepat di garis kemiskinan sangat tinggi. "Sehingga kalau musim paceklik tiba, angka kemiskinan kembali tinggi," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Minggu 5 September 2010.

"Ini karena tidak ada kesungguhan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Pemerintah hanya melakukan seolah-olah peduli rakyat," imbuhnya.

Meski begitu, BPS meyakini pengukuran kemiskinan yang mereka lakukan telah benar, dengan konsep mengukur kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Konsep ini tak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia.

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).

BPS berpendapat, ada dua komponen garis kemiskinan, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Hasil survei BPS yang lain, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah pedesaan. Selama periode Maret 2009- Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 810 ribu orang, sementara di daerah pedesaan berkurang 690 ribu orang.

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tak banyak berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan, begitu juga pada Maret 2010 yang sebesar 64,23 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar