home

Banyak Negara Kecipratan Rezeki China















19 Agustus 2010.

TOKYO, KOMPAS.com Posisi baru China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia membawa manfaat. Ini tidak hanya dinikmati China, tetapi juga negara-negara lain, khususnya Asia yang berdekatan dengan China. Jepang yang telah dikalahkannya juga diuntungkan.

”Ekspansi perekonomian domestik China sangat positif bagi perekonomian Jepang,” ujar Takashi Shiono, ekonom pada Credit Suisse di Tokyo, Rabu (18/8/2010). ”Jika ada orang Jepang yang iri hati terhadap kemajuan China, harus disadari, kemajuan China adalah kesempatan besar bagi korporasi Jepang untuk berekspansi,” lanjutnya.

Sudah banyak perusahaan Jepang yang mendirikan pabrik di China untuk menekan biaya produksi karena upah buruh di China jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah di Jepang.

Martin Schulz, ekonom senior pada Pusat Riset Fujitsu, mengatakan, perekonomian Jepang sangat bergantung pada ekspor. Namun, kinerja ekspor semakin lemah karena permintaan domestik yang semakin berkurang. Ekonomi Jepang juga sudah lama terimpit stagflasi (stagnasi diiringi inflasi).

Akan tetapi, para pebisnis Jepang masih bisa optimistis karena memiliki pemasaran yang lebih luas lagi di China. Turis kaya dari China juga semakin banyak mengunjungi Jepang. Mereka menyandang kamera Nikon dan Canon, bukan kamera murah buatan China.

Perdagangan antara China dan Jepang naik pesat 34,5 persen pada periode Januari hingga Juni 2010 dari tahun sebelumnya menjadi 138,37 miliar dollar AS. Ekspor Jepang ke China naik 47,1 persen dan mencapai rekor sebesar 68,43 miliar dollar AS.

Peningkatan tersebut ditunjang ekspor komponen dan bahan baku dari Jepang ke China. Ekspor barang jadi Jepang ke China seperti mobil juga naik, demikian pula ekspor mesin dan kendaraan penunjang infrastruktur. China tengah giat membangun infrastruktur.

Keuntungan Indonesia

Prasetyantoko, ekonom dari Universitas Atma Jaya, menambahkan, kebutuhan bahan baku China semakin besar. Indonesia juga merupakan salah satu pemasok bahan baku bagi China.

Bagi Korea Selatan, kemajuan ekonomi China juga menjadi berkat. China yang sebelumnya banyak membeli surat utang terbitan AS kini sudah mulai melakukan diversifikasi dengan membeli surat utang terbitan Korea Selatan.

Saat ini China memegang surat utang Korea Selatan dua kali lipat nilainya dibandingkan dengan tahun lalu. Diborongnya surat utang Korea Selatan oleh China itu membuat harga surat utang Korea Selatan terus menanjak dan membukukan penguatan terbesar dalam tiga tahun terakhir ini.

Surat utang pemerintah yang berada di tangan investor China naik 111 persen menjadi 3,39 triliun won atau sekitar 3,4 miliar dollar AS pada semester pertama tahun 2010 ini. ”China tengah mengalokasikan beberapa persen dari cadangan devisanya yang senilai 2,45 triliun dollar AS itu ke aset finansial di beberapa negara Asia,” ujar Ding Zhijie mantan penasihat pada Sovereign Wealth Fund China.

Namun, menjadi perekonomian nomor dua juga akan membuat China lebih bertanggung jawab dalam bidang politik. China diharapkan semakin bersuara dalam forum-forum internasional terhadap isu-isu global, seperti ekonomi global dan perubahan iklim. ”Saat ini negara yang lebih ditakuti adalah China, bukan Jepang,” ujar Schulz.

China telah menganggarkan dana 3,8 miliar dollar AS selama 10 tahun ke depan untuk penelitian dan pengembangan energi alternatif. Sebagai negara yang berkembang pesat, China juga telah mengalahkan AS menjadi negara pemakai energi terbesar di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar