home

Siapa Untung Besar dari Bisnis Alat Berat?

Hexindo Adiperkasa memimpin kenaikan laba tertinggi. Lalu, siapa peraih laba terbesar?









4 Agustus 2010.

VIVAnews - Bisnis alat berat masih menjanjikan. Tiga distributor alat berat yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mampu mendongkrak laba selama semester I-2010.

Rata-rata peningkatan laba tiga emiten sebesar 44,06 persen. PT Hexindo Adiperkasa Tbk yang mengusung alat berat merek Hitachi memimpin kenaikan laba tertinggi.

Laba Hexindo melambung 118,3 persen menjadi US$9,22 juta atau setara Rp83 miliar (kurs Rp9.000 per dolar AS) pada semester I-2010 dibanding periode sama tahun lalu US$4,22 juta.

Disusul laba PT Intraco Penta Tbk yang terangkat 12,9 persen dari Rp27,41 miliar pada semester I-2009 menjadi Rp30,95 miliar pada periode sama 2010. Salah satu alat berat yang didistribusikan Intraco adalah merek Volvo.

Sedangkan laba PT United Tractors Tbk hanya tumbuh satu persen menjadi Rp1,9 triliun. Namun, dari sisi nilai, laba anak usaha PT Astra International Tbk itu jauh melampaui dua pesaingnya tersebut.

Anak perusahaan Astra dengan kepemilikan 59,5 persen itu mencatat kenaikan penjualan alat berat merek Komatsu hingga 95 persen menjadi 2.700 unit.

Peningkatan penjualan alat berat itu seiring tingginya permintaan dari sektor pertambangan dan perkebunan. Sayangnya, lonjakan penjualan alat berat hanya memicu kenaikan laba yang tipis. Hal itu karena adanya pergeseran komposisi penjualan ke unit-unit dengan margin laba yang rendah.

Dari sisi pendapatan, United Tractors juga masih menjadi yang paling besar. Perseroan mampu meraup pendapatan bersih Rp18,07 triliun dibanding sebelumnya Rp13,8 triliun.

Selanjutnya, Hexindo menyusul dengan perolehan pendapatan sekitar Rp1,1 triliun atau melonjak dari Rp478,56 miliar pada semester I-2009. Sedangkan Intraco hanya meraih pendapatan di bawah Rp1 triliun, atau sebesar Rp868,77 miliar.

Tumbuh 317 Persen
Analis PT BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, dalam ulasannya mengatakan, pemulihan permintaan dan daya beli masyarakat yang diikuti oleh pergerakan sektor riil mulai terlihat sejak awal 2010.

Menurut dia, kinerja pelaku usaha di beberapa sektor seperti perkebunan, konstruksi, dan pertambangan juga memberikan sinyal terhadap perbaikan kondisi makro yang makin stabil.

Alat berat sebagai salah satu sektor yang akan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan industri tersebut juga terlihat perkembangannya. Produksi alat berat hingga kuartal I-2010 tumbuh 317 persen menjadi 651 unit dibanding periode sama tahun sebelumnya 156 unit.

"Meski demikian, produksi alat berat itu masih rendah bila dibandingkan periode sama 2008 yang mencatat 1.500 unit," kata dia.

Asosiasi memperkirakan produksi alat berat hingga akhir tahun ini mencapai 5.000 unit atau tumbuh 127,27 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan kebutuhan alat berat diperkirakan mencapai 8.000 unit atau naik 23,07 persen dari sekitar 6.500 unit pada 2009.

Akhmad menjelaskan, beberapa sektor yang mencatat pembelian terbanyak untuk produk alat berat adalah pertambangan (70 persen), konstruksi (20 persen), dan sisanya permintaan dari perkebunan serta kehutanan.

Peningkatan permintaan dan proyeksi positif hingga akhir tahun tersebut akan berdampak terhadap potensi pertumbuhan pendapatan pelaku usaha di industri alat berat.

United Tractors sebagai distributor alat berat paling dominan di Indonesia mengalami peningkatan permintaan signifikan. Pada kuartal I-2010, perseroan mencatat kenaikan penjualan 93,94 persen menjadi 1.218 unit dibanding 628 unit pada periode sama 2009.

Secara kumulatif perseroan mencatat pangsa pasar terbesar, yakni 47,5 persen. "Kami memproyeksikan United Tractors berpotensi membukukan kenaikan penjualan sebesar 11,12 persen menjadi Rp32,46 triliun akhir tahun ini," tuturnya. Sedangkan laba bersih bakal tumbuh sebesar 6,85 persen menjadi Rp4,07 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar