BANDUNG, KOMPAS.com — Indeks pertumbuhan daya saing Indonesia lebih rendah ketimbang negara-negara ASEAN lain. Indonesia menempati urutan ke-54 dari 134 negara di dunia dan lebih rendah dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan di sela-sela seminar nasional bertema ”Sosialisasi Produk Perencanaan” di Bandung, pekan lalu, menyatakan, Singapura saat ini berada di urutan kedua di dunia, Malaysia ke-27 dan Thailand ke-41.
”Posisi Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara itu. Berdasarkan The Global Competitiveness Report, GCI (growth competitiveness index) Indonesia 4,26 pada tahun 2009-2010,” kata dia.
Persoalan utama yang menghambat daya saing adalah ketersediaan infrastruktur di sebagian daerah belum memadai. Syahrial mencontohkan, pasokan barang di Provinsi Jawa Barat, antara wilayah utara dan selatan, belum lancar karena masalah infrastruktur. ”Pembangunan infrastruktur juga diperlukan untuk mewujudkan pemerataan, menurunkan angka kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup,” ujar Syahrial.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, guna mempercepat pembangunan infrastruktur, swasta diminta ikut terlibat. Pembebasan lahan untuk jalan tol, misalnya, sebaiknya tak hanya dibiayai APBN dan APBD. ”Kami berharap perusahaan swasta terlibat. Beberapa jalan tol sudah direncanakan dibangun di Jabar,” kata Heryawan.
Jalan tol tersebut adalah Cileunyi-Sumedang-Dawuan dan Soreang-Pasir Koja. Pemerintah kabupaten/kota terkait sedang menyusun anggaran untuk membebaskan lahan. ”Kalau swasta juga menghimpun dana pembebasan lahan, tidak masalah. Siapa yang lebih dulu bisa melakukan itu,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar