18 November 2010.
Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
bersama Putu Ikawaisa Mahatrisni (Senior Research Executive, MarkPlus Insight)
KOMPAS.com - Pada suatu kesempatan, saya menanyai beberapa teman perempuan saya, apa yang menjadi cita-citamu saat ini? Sungguh, jawaban yang diberikan jauh berbeda ketika saya kecil dan menanyai teman-teman kecil saya mengenai cita-cita mereka.
Jika teman-teman kecil saya dulu mengatakan mereka ingin jadi dokter, perenang, insinyur, kerja di bank dan banyak lagi pekerjaan profesional, maka saat saya bertanya pada teman-teman perempuan saya sekarang terutama mereka yang sudah menikah maka jawabannya adalah pengen buka usaha sendiri. Apakah yang mendasari perkembangan perubahan cita-cita mereka?
Membuka usaha sendiri tentu tidak pernah terbayangkan saat kita kecil. Namun, seiring dengan berbagai kebutuhan dan kondisi pribadi, misalnya memiliki anak, suasana kerja yang tidak kondusif, kelelahan, menyebabkan perempuan mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang tidak membuat mereka menghadapi banyak masalah namun tetap menghasilkan sesuatu. Memperoleh penghasilan pribadi tentunya merupakan satu hal yang sangat menyenangkan bagi perempuan. Dengan memiliki kemandirian secara finansial, perempuan tidak saja membantu keuangan keluarga atau membantu menghidupi diri sendiri jika masih lajang, namun juga bisa meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Bagi perempuan yang memiliki anak, apalagi dengan kondisi sedikitnya quality time yang dimiliki jika harus bekerja secara profesional, mereka ingin selalu dekat dengan buah hati mereka, sehingga hal-hal inilah yang kemudian mendasar mengapa perempuan ingin melakukan wirausaha.
Menurut Thomas W.Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Dapat dikatakan bahwa beberapa tahun yang lalu karena membutuhkan peluang dan kreativitas ini maka perempuan yang menjadi pengusaha sangat sedikit dan hanya orang yang memiliki dukungan tertentu baik secara finansial maupun moral dari keluarga dan pasangan yang bisa bertahan membuka suatu usaha.
Namun, saat ini, perempuan Indonesia justru berlomba menciptakan kesempatan dan kreativitas baru sehingga bisa menjadi pengusaha. Ketakutan berwirausaha bagi perempuan saat ini telah berubah menjadi desire perempuan Indonesia. Dari hasil riset yang melibatkan 1.301 perempuan memperlihatkan bahwa 60 persen diantara mereka berkeinginan untuk menjadi entrepreneur atau berwirausaha. Sisanya tidak memiliki keinginan berwirausaha karena mereka masih bersekolah atau memiliki pekerjaan profesional yang dianggap cukup menjanjikan. Jumlah ini tentu tidak sedikit. Banyak diantara perempuan yang banting stir menjadi pengusaha ini adalah perempuan hebat yang memiliki karir bagus di perusahaan ternama.
Dengan berbagai alasan tersebut, dapat dikatakan perempuan berusaha memberdayakan dan mengembangkan kemampuan mereka melalui kegiatan wirausaha. Usaha apa yang sebetulnya menarik bagi perempuan? Usaha yang berhubungan dengan kuliner dan perdangan/jual beli barang menjadi usaha yang menarik bagi perempuan. Selain tentunya usaha di bidang kecantikan atau fashion.
Biasanya, kebanyakan perempuan menjalani usaha berangkat dari hobi mereka. Misalnya, yang memiliki hobi masak biasanya membuka usaha terkait kuliner. Sementara yang hobi ke salon biasanya mendirikan usaha salon atau butik dan lain sebagainya. Terdapat suatu keyakinan jika kita melakukan usaha karena hobi maka usaha tersebut akan bisa dikerjakan dengan penuh passion dan akan bertahan lama.
Ada beberapa perempuan pengusaha yang menginspirasi perempuan lain untuk menjadi seorang pengusaha. Diantaranya, Martha Tilaar pendiri Sariayu, Susi Pudjiastuti pemilik usaha perikanan dan Susi Air, Anne Avantie dengan rancangan batiknya, dan banyak lagi. Dalam satu milis kuliner, ada Fatmah Bahalwan yang menginspirasi banyak perempuan untuk membuka usaha yang berawal dari hobi, yaitu memasak. Dari satu milis tersebut, muncul ratusan bakul kue dengan berbagai kreasinya.
Keinginan perempuan untuk berwirausaha ini sebetulnya sudah ditangkap oleh beberapa merek atau produk yang menggunakan desire perempuan untuk melakukan connect dengan mereka. Sophie Martin merupakan salah satu produk yang memberdayakan perempuan dengan menjadikan mereka tidak hanya sebagai konsumen, namun sekaligus pemasar, jaringan distribusi, komunikasi/promosi dan lain sebagainya. Produk fashion dijual dengan sistem multi level marketing dengan mengandalkan perempuan sebagai ujung tombak penjualan mereka. Hasilnya adalah mereka cukup dikenal di seluruh Indonesia sebagai produk fashion terutama untuk produk tas perempuan. Dapat dilihat disini, selain pemberdayaan, mereka juga memperoleh komunikasi melalui word of mouth dan sekaligus menciptakan komunitas pemakai dan penjual dengan biaya yang tidak terlalu besar.
Selain Sophie Martin, produk Tupperware juga melakukan hal yang sama dengan mengandalkan perempuan. Namun, dengan mengambil mekanisme arisan dan menjadikan perempuan memiliki peran lebih di masyarakat melalui program She Can yang menginspirasi perempuan untuk memiliki ambisi dan cita-cita yang lebih tinggi.
Keinginan perempuan untuk menjadi pengusaha ini tentunya tidak mudah dan bagaimana pemasar memahami desire inilah yang penting. Dengan memahami keinginan ini, bisa dibuat program-program untuk perempuan wirausaha yang bisa semakin mendekatkan perempuan dengan produk dan merek kita. Dengan memfasilitasi perempuan, yang akan diperoleh tidak hanya penjualan namun juga bonus-bonus komunikasi dan jalur distribusi yang sangat luar biasa. Connect and empower them.
-------------------
Artikel ini ditulis berdasarkan analisis hasil riset sindikasi terhadap hampir 1300 responden perempuan di delapan kota besar di Indonesia, SES A-D, Usia 16-50 tahun, yang dilakukan bulan Mei - Juni 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.
Tulisan 25 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar