25 November 2010.
SLEMAN, KOMPAS.com - Setelah sebelumnya menghantui warga, kini endapan lahar dingin Merapi di ruas Kali Boyong jadi berkah warga yang menambangnya. Truk-truk pasir panjang mengantre di titik-titik penambangan seperti Dusun Krikilan, Sariharjo Ngaglik, dan Dusun Ngaglik, Sardonoharjo, Ngaglik, Rabu (24/11).
Di Dusun Krikilan terdapat dua titik penambangan di tepi kali. Puluhan truk dan mobil pikap berderet dari Jalan Damai hingga gang kampung berkonblok menunggu giliran turun ke kali membawa pasir.
Ratusan penambang pasir dadakan ini kebanyakan buruh serabutan. Ada juga yang dulunya penambang di Kali Gendol dan warga sekitar. Pasir-pasir ini disetor ke toko-toko bangunan di seluruh DIY hingga sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Jepara, Wonosobo, hingga Demak.
Hardi (33), warga Sumberan dan Ponirah (39) warga Krikilan mencoba mengais berkah Merapi. Hasikin (35) sebelumnya menambang di Kali Gendol, Cangkringan.
Sekali mengisi truk, mereka mendapat upah Rp 100.000-Rp 120.000 dari sopir truk. Menurut penambang dan sejumlah sopir, pasir-pasir ini dibeli toko-toko bangunan Rp 250.000-350.000 per rit (truk). Pasir Merapi kualitasnya bagus untuk membuat batako.
Ketua RT 06 Krikilan Yusuf mengatakan, setiap hari, sekitar 120 truk dan 20-30 pikap masuk. Dusun menetapkan uang sumbangan pemeliharaan jalan Rp 25.000 untuk truk sekali masuk, dan Rp 5.000 untuk pikap. Waktu pengambilan pasir pukul 06.00-17.00.
Sejumlah warga terganggu dengan suara hilir-mudik truk-truk pasir ini. ”Namun,, saya bisa memaklumi karena kampung juga aman dari banjir karena sedimen kali diambil,” kata seorang warga Krikilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar