17 November 2010.
JAMBI, KOMPAS.com - Indonesia ingin membuat dunia mengenakan pakaian dengan busana muslim dari industri fesyen dalam negeri. Atas dasar itulah, Indonesia mencanangkan diri sebagai Kiblat Fesyen Muslim Dunia pada tahun 2010.
"Dengan pencanangan Indonesia sebagai Kiblat Fesyen Muslim Dunia, Indonesia sudah banyak dikenali, termasuk di sekolah-sekolah perancang busana di Singapura. Itu menunjukkan Indonesia sudah mulai mendunia," ujar Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Kementerian Koordinasi Perekonomian, Edy Putra Irawadi di Jambi, Selasa (17/11/2010) malam.
Di tempat yang sama, Direktur Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) Gilarsi Wahyu Setijono mengatakan, mulai saat ini akan dilakukan tiga langkah menuju 2020. Langkah pertama adalah meningkatkan awareness atau pengetahuan, baik di dalam maupun luar negeri. ''Dengan cara banyak sosialisasi dan menggelar even fashion show," tambahnya.
Tahap kedua adalah membangun komersial infrastruktur dengan mendirikan pusat penjualan di dalam dan luar negeri. ''Yang ketiga adalah development dari pembangunan infrastruktur itu, yaitu mendirikan sekolah fashion muslim sehingga terkenal ke mancanegara," yakinnya.
Gilarsi menambahkan, pada 2020 ekspor pakaian muslim ditargetkan mencapai 50 miliar dollar AS. "Pada tahun tersebut, pasar produk itu 500 miliar dollar AS. Nah, kita ambil 10 persennya," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perancang, Taruna Kusumayadi menyarankan agar seluruh pengrajin kain tradisional di seluruh Indonesia melibatkan para perancang busana dalam pengembangan produknya, terutama pada tahap pewarnaan dan pembentukan motif. Dengan cara ini, busana muslim Indonesia bisa dikembangkan pada produk-produk generik seperti yang dikembangkan merek-merek terkemuka di dunia.
"Sebetulnya perancang busana itu sangat beda dengan pengrajin. Pengrajin mengembangkan bakat mereka dengan usaha yang turun temurun dari nenek moyangnya, akibatnya pasar menjadi stagnan," katanya.
Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar menuturkan, potensi pasar di dalam negeri sendiri sudah terhitung besar bagi industri busana muslim domestik, sebab 26 persen muslim di dunia ada di Indonesia. Kreatifitas pada desain dan model telah membuat industri busana muslim dalam negeri berkembang.
"Bekal desain dan kesiapan industri dalam negeri sudah cukup untuk mendobrak mode dunia. Pengembangan busana muslim merupakan langkah konkrit untuk meningkatkan sektor riil," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar