JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah menegaskan, pihaknya tidak akan mengistimewakan pembangunan Jembatan Selat Malaka yang akan menghubungkan Kota Dumai di Riau dengan negara bagian Malaka, Malaysia. Bagi Indonesia, Jembatan Selat Sunda jauh lebih penting sehingga akan didahulukan agar sumber daya alam di Sumatera dapat dikembangkan di Jawa, bukan ke Malaysia.
"Kami ingin mengoneksikan di antara kita sendiri. Sumatera ini adalah pulau penting. Tanpa Jembatan Selat Sunda, perekonomian Sumatera akan tetap seperti yang ada saat ini, karena hilirisasi sumber daya yang kaya di sana tidak terjadi," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Perekonomian, Lucky Eko Wuryanto di Jakarta, Senin (8/11/2010).
Menurut Lucky, pemerintah tidak ingin sumber daya alam, terutama sumber energi dari Sumatera, mengalir deras ke Malaysia. Jika itu terjadi, Sumatera hanya akan dieksploitasi sumber dayanya, kemudian dialirkan dalam bentuk mentah ke Malaysia. Perekonomian justru akan bergerak di Malaysia yang mengembangkan industri hilir dengan energi yang berasal dari Sumatera.
"Sebagai contoh, Sumatera Selatan itu memiliki 57 persen kandungan batu bara nasional. Batu bara itu bisa diolah menjadi gas sebagai energi yang sangat bersih menggantikan premium. Sumatera Selatan adalah lumbung energi Sumatera, alangkah baiknya tidak mengalir ke Malaysia, lebih baik menjadi bahan bakar industri di Sumatera dan Jawa," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Riau Rusli Zainal mengungkapkan, Pemerintah Malaysia terlihat lebih proaktif untuk mengembangkan konsep pembangunan Jembatan Selat Malaka. Bahkan, Malaysia sudah membentuk perusahaan sendiri, yaitu PT Malaka Straits, dan telah menawarkan kepada China untuk andil dalam proyek tersebut.
"Terkait Jembatan Selat Malaka ini justru pihak Malaysia yang proaktif mengambil konsep ini. Mereka sudah menawarkan ke China, bahkan sudah dibentuk perusahaan sendiri untuk investasi di proyek ini," ungkapnya.
Sementara dari Pemerintah Indonesia masih mengkaji konsep tersebut, termasuk menghitung estimasi anggaran dan waktu pelaksanaan. Rencananya, panjang Jembatan Selat Malaka mencapai 54,33 kilometer. "Respons Presiden baik, beliau juga mendukung. Tapi memang dikatakan harus menunggu proyek Jembatan Selat Sunda selesai dibangun terlebih dahulu, karena JSS (Jembatan Selat Sunda) ini lebih diprioritaskan," tuturnya.
Pulau Rupat
Nantinya, kata Rusli, bila jembatan tersebut selesai dibangun, maka pulau yang dilalui Jembatan Selat Malaka itu antara lain adalah Pulau Rupat. Pulau Rupat dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata baru. Pembangunan jembatan juga perlu diiringi dengan pembangunan sejumlah jalan dan jembatan antara Dumai-Malaka.
Jalan dan Jembatan Selat Malaka tersebut antara lain Jalan Lubuk Gaung-Dumai sepanjang 15 kilometer (km), Jembatan Lubuk Gaung-Pulau Mampu sepanjang 1.900 km, Jembatan Pulau Mampu-Pulau Payung sepanjang 2.000 meter, dan Jembatan Pulau Payung-Pulau Rupat sepanjang 2.000 meter. Selanjutnya ada jalan di Pulau Rupat sepanjang 48 km, Jembatan Selat Medang sepanjang 200 meter, Jembatan Sei Simpur sepanjang 190 meter, Jembatan Sei Medang Dalem 1 sepanjang 150 meter, dan Jembatan Sei Medang Dalem 2 sepanjang 225 meter.
Sebelumnya, Malaysia menyatakan keseriusannya dalam merealisasi pembangunan Jembatan Selat Malaka itu. Pernyataan itu disampaikan Lim Sue Beng mewakili Gubernur Malaka, Datuk Seri Mohd Ali Rustam, ketika memaparkan proyek Jembatan Dumai-Malaka di hadapan para kepala daerah yang menghadiri rapat koordinasi gubernur se-Sumatera di Pekanbaru, 21 Desember 2009. (Kompas.com, 21/12/2009).
Lim yang merupakan Direktur Strait of Malacca Partner Sdn Bhd, selaku perusahaan kerja sama pembangunan jembatan di Malaka itu, mengatakan, Pemerintah Malaysia telah melakukan studi kelayakan terhadap pembangunan jembatan itu. Sejumlah calon investor dari China dan lembaga pinjaman dari Malaysia telah menyatakan kesanggupan dalam membiayai pembangunan jembatan sepanjang 48 km yang menghabiskan 12,75 miliar dollar AS.
Hasil studi kelayakan menunjukkan, jika jembatan saja yang dibangun, maka dibutuhkan dana 12,75 miliar dollar AS. Adapun jika dilengkapi dengan terowongan, maka dibutuhkan 15 miliar dollar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar